Mengenal Digitalisasi pada Sektor Budidaya Udang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh agriloop.com

UNAIR NEWS – Dalam budidaya udang intensif, akurasi saat pengukuran dan analisis data kualitas air adalah salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam keberhasilan budidaya. Hal tersebut dikarenakan para petambak selalu berpatokan terhadap hasil interpretasi data kualitas air dalam pemberian perlakuan air yang berdampak pada kehidupan udang. 

Rumitnya pengambilan hingga interpretasi data secara manual acapkali membuat hasil analisis data kurang akurat dan komprehensif. Hal itu membuat produktivitas budidaya udang relatif kurang konsisten dan sering mengalami pasang surut. Namun dengan perkembangan teknologi yang ada, hal itu bisa diminamilisir melalui penggunaan IoT dalam budidaya udang.

Hal tersebut disampaikan oleh Liris Maduningtyas pada seminar nasional yang diadakan oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR Sabtu (20/11) lalu. Ia memaparkan saat ini sudah ada aplikasi untuk mendigitalisasi data kualitas air sehingga bisa dilakukan secara realtime, cepat, mudah dengan akurasi mendekati 90%. Aplikasi ini dapat melakukan artikulasi terhadap data yang diinput sehingga bisa memberikan informasi kepada para petambak.

“Saat ini kami sudah mengembangkan tools yang bisa melakukan pelaporan dan interpretasi dari hampir 50 parameter kualitas air secara digital dan cepat, tak hanya sampai disana aplikasi ini juga bisa memberikan rekomendasi perlakuan yang harus diambil para petambak dari hasil interpretasi data yang didapat,” jelas Liris yang merupakan CEO dan Co Founder startup perikanan JALA Tech tersebut.

Dirinya melanjutkan, dengan adanya tersebut data akan terekam dalam sistem dan memungkinkan para petambak untuk melakukan analisis secara historis performa pada tiap siklus budidayanya. Hal itu berguna untuk mengevaluasi ketika terjadi penurunan produksi dalam suatu siklus budidaya.

“Selain itu dengan adanya data yang terekam, memungkinkan untuk dilakukan benchmarking antar pengguna untuk saling bertukar informasi pada setiap tambak dengan sistem, area atau bahkan negara yang berbeda,” ungkapnya.

Liris menambahkan, tak hanya data kualitas air yang bisa diolah dalam aplikasi tersebut. Data pakan, mortalitas dan biomassa hasil sampling juga bisa diinput sehingga bisa memunculkan informasi berupa prediksi FCR, SR, panen dan jumlah panen sehingga para petambak bisa menghitung keuntungan yang didapat.

“Untuk akurasinya saat ini berkisar antara 70-90%, dan masih kita kembangkan lagi untuk bisa mencapai akurasi diatas 90%,” imbuhnya.

Pada akhir, ia menjelaskan dengan adanya digitalisasi dalam manajemen budidaya juga dapat dilakukan sistem penjualan yang transparan dan cepat. “Dengan adanya data yang tercatat dan transparan memungkinkan dibentuk pasar udang digital yang mampu menghubungkan petambak dan pembeli secara cepat, aman dan transparan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp