Pemeriksaan Koproparasitologi dan Penentuan Molekuler Spesies Eimeria pada Sapi Madura

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Freepik

Infeksi oleh parasit gastrointestinal termasuk protozoa dan nematoda telah dilaporkan pada ternak di seluruh dunia. Infeksi parasit terutama ditandai dengan gejala gastroenteritik seperti diare berair atau berdarah, yang seringkali menghambat produktivitas, melalui penurunan pertumbuhan atau produksi susu pada sapi. Di antara parasit, Eimeria spp . merupakan salah satu organisme protozoa yang signifikan yang menyebabkan koksidiosis dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada pedet sampai umur 1 tahun. Prevalensi parasit gastrointestinal berbeda-beda menurut negara, wilayah dan bahkan sistem manajemen di peternakan.

Lebih dari 12 anggota genus Eimeria menginfeksi sapi, dan meskipun sebagian besar spesies dianggap memiliki patogenisitas rendah, lima spesies menyebabkan gejala klinis seperti diare berair atau berdarah diikuti dengan kehilangan nafsu makan, depresi, dehidrasi, dan penurunan berat badan, yang mengarah ke pertumbuhan terhambat. Dua spesies, E. bovis dan E. zuernii, memiliki dampak terbesar karena virulensi yang tinggi dan kematian yang tinggi. Karena terkadang sulit untuk mengidentifikasi spesies Eimeria berdasarkan morfologi ookista dalam pemeriksaan tinja rutin, karakterisasi molekuler diperlukan untuk membuat identifikasi secara akurat ke tingkat spesies.

Di Indonesia, populasi 16,5 juta sapi potong dan 0,5 juta sapi perah  terkonsentrasi di Pulau Jawa (masing-masing 42,6% dan 98,9% sapi potong dan sapi perah). Sapi Madura merupakan salah satu ras ternak asli di Indonesia. Indonesia dan terutama dibesarkan di Pulau Madura, yang terletak di lepas pantai timur laut Pulau Jawa dan berisi empat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ras Madura diduga dikembangkan melalui perkawinan sedarah Zebu (Bos indicus) dan Banteng (Bos javanicus) dan dipelihara melalui seleksi genetik yang cermat. Trah ini dilaporkan memiliki keunggulan adaptif yang tinggi terhadap lingkungan tropis, kinerja reproduksi yang tinggi, kualitas daging yang tinggi, dan kemudahan pemeliharaan karena ukurannya yang kecil hingga sedang. Baru-baru ini, Kementerian Pertanian di Indonesia meluncurkan program revitalisasi untuk mengurangi impor daging sapi dan meningkatkan produksi dalam negeri. Berdasarkan kebijakan pemerintah, sapi Madura tercatat sebagai salah satu breed sapi potong untuk memasok komoditas pangan berprotein tinggi dan mencapai swasembada di Indonesia. Dalam enam laporan infeksi sapi oleh Eimeria spp. Di Pulau Jawa, prevalensi infeksi parasit berkisar antara 15,33% hingga 85,07%, dan meskipun perbedaan dapat diamati antar provinsi dan kabupaten dan bahkan tergantung pada metode deteksi. Hanya dalam satu laporan yang diterbitkan, identifikasi Eimeria spp. untuk tingkat spesies ditentukan oleh analisis molekuler. Dalam satu makalah yang meneliti prevalensi parasit protozoa, 71,4% sapi Madura dilaporkan terinfeksi dan Eimeria spp. menyumbang 53,4% dari parasit protozoa, tetapi identifikasi tidak dilakukan ke tingkat spesies. Dalam penelitian ini, kami secara parasitologi memeriksa kotoran sapi Madura dan menggunakan metode molekuler untuk mengidentifikasi spesies Eimeria untuk menilai potensi risiko penyakit parah. koksidiosis.

Sapi Madura yang merupakan sapi asli Indonesia dan sebagian besar dipelihara di Pulau Madura, Jawa Timur diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan swasembada daging daerah. Eimeria sp. adalah protozoa yang paling patogen di antara parasit gastrointestinal pada ternak tetapi tidak ada survei molekuler Eimeria spp. pada sapi Madura telah dilakukan sampai saat ini. Dalam penelitian ini telah diambil sampel feses dari sapi Madura sebanyak 183 sampel dan 60 (32,8%) positif parasit protozoa dan nematoda dengan metode pengapungan gula. Diantara sampel dengan parasit, Eimeria spp . ookista terdeteksi pada 50 sampel (27,3%) dengan nilai OPG rata-rata 1.686,1. Eimeria spp. berhasil diidentifikasi ke tingkat spesies dalam 26 sampel dengan E. bovis menjadi yang paling banyak, diikuti oleh E. zuernii dan E. aubrunensis. Sebanyak 21 sampel menunjukkan infeksi campuran lebih dari dua spesies Eimeria, E. bovis dan E. zuernii telah diakui memiliki virulensi yang tinggi dan, dengan demikian, parasit ini merupakan sumber potensial koksidiosis parah dan penyebab infeksi pada sapi lain. Meskipun studi tambahan diperlukan, hasil ini dapat membantu untuk meningkatkan manajemen dan produktivitas ternak sapi di Madura.

Penulis:  Dr. Poedji Hastutiek, drh., M.Si.

Informasi lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://doi.org/10.1016/j.parint.2021.102478.

Coproparasitological examinations and molecular determination of Eimeria species in Madura cattle reared on Madura Island, Indonesia

Poedji Hastutiek, Nunuk Dyah Retno Lastuti, Lucia Tri Suwanti, Agus Sunarso, Endang Suprihati, Dyah Ayu Kurniawati, Makoto Matsubayashi.  Parasitology International 86 (2022)102478

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp