Lokakarya FTMM: Potensi Energi Surya Indonesia Sangat Besar, Namun Minim Pemanfaatan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dedet C. Riawan, S.T., M.Eng., Ph.D. Ketua FORTEI Regional 7. dalam acara Lokakarya Matching Fund Pembuatan Modul dan Media Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL) Kamis (11/11/2021). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Kamis (11/11/2021) Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Lokakarya Matching Fund Pembuatan Modul dan Media Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL). Dalam kegiatan itu, salah satu pembicara, Dedet C. Riawan, S.T., M.Eng., Ph.D. Ketua FORTEI Regional 7 mengungkapkan potensi energi baru terbarukan di Indonesia sangat besar, namun kurang dimanfaatkan. 

Ia mengatakan, potensi tenaga surya mencapai 207,8 Gigawatt. Sedangkan yang digunakan baru 22,6 Megawatt (2021).

Selain tenaga surya, sambung Dedet, sumber energi baru terbarukan yang dimiliki Indonesia sebetulnya beragam. Mulai dari energi hidro, panas bumi, bioenergi, angin, hingga energi laut. 

“Energi surya yang kita gunakan baru 22,6 bukan gigawatt, tapi megawatt. Jauh sekali dari potensi yang ada. Kalau kita bisa manfaatkan secara masif, maka hal-hal terkait keterbatasan bahan bakar fosil dan emisi yang dihasilkan, bisa kita kurangi,” ujarnya.

Seperti diketahui, isu emisi gas hingga fakta bahwa sumber daya alam yang akan habis memaksa kita harus beralih ke energi baru terbarukan. Data dari Dewan Energi Nasional 2019 menyebutkan, persediaan minyak bumi dikatakan hanya cukup sampai 9,5 tahun, sedangkan gas 19,9 tahun, serta batubara 65 tahun. 

Sementara itu, mengenai pembelajaran berbasis PBL, Dosen Teknik Elektro ITS tersebut mengatakan bahwa implementasi PBL pada topik energi baru terbarukan dapat dilakukan dengan lebih menarik ketika menggunakan data dan informasi riil. Namun, menurutnya dasar teori terkait konversi energi baru terbarukan tetap menjadi kebutuhan untuk mahasiswa. 

Yang tak kalah penting, pembelajaran juga harus didukung dengan peralatan praktikum serta sarana terkait implementasi energi baru terbarukan dalam bentuk plan riil.

“Pengetahuan terkait produk juga akan membantu mahasiswa dalam melatih engineering-sense ketika melakukan perhitungan dalam desain,” katanya. 

Sebagai informasi, kegiatan Lokakarya tersebut dihadiri oleh para praktisi, akademisi, hingga peneliti. Selain Dedet, Dosen Teknik Elektro UMY Dr. Iswanto, S.T., M.Eng. dan Irawan Eko Prabowo, S.T., M. Eng. selaku Praktisi di Bidang Telemetri juga hadir sebagai pemateri.  

Pada akhir, Dekan FTMM UNAIR Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. berharap, kolaborasi pada kegiatan kali ini dapat jadi solusi atas permasalahan di Indonesia. “Intinya semua itu meningkatkan keterserapan lulusan sesuai kebutuhan di masyarakat. Oleh karena itu, kita tidak hanya dari sisi riset, tapi juga dari sisi pembelajaran yang didekatkan dengan kenyataan di masyarakat, bagaimana itu bisa dicari solusinya,” pesannya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp