Seroprevalensi antibodi anti-HBs dan Pentingnya Vaksinasi Booster pada Anak Kurang dari 5 Tahun yang Lahir dari Ibu dengan HBs Negatif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Indian Express

Indonesia merupakan negara dengan endemisitas hepatitis B sedang sampai tinggi, di mana penularan dari ibu ke bayi merupakan penyebab utama infeksi kronik. Semakin muda usia di mana infeksi didapat, semakin besar kecenderungan menjadi kronis, dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati). Vaksinasi pada bayi merupakan metode paling efisien untuk memberikan proteksi jangka panjang terhadap infeksi virus hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B yang diberikan pada neonatus dapat mencegah infeksi yang ditularkan secara vertikal dari ibunya (karier virus hepatitis B), selain itu dapat mengurangi penularan horisontal karena bayi tersebut tidak lagi menjadi sumber penularan ke orang lain.

Di Indonesia, program vaksinasi hepatitis B telah diimpelementasikan sejak tahun 1997 dan pada tahun 2003 program vaksinasi telah diperluas untuk mencapai target lima juta kelahiran per tahun. Dilaporkan prevalensi HBsAg menurun dari 9.4% pada tahun 2007 menjadi 7.2% pada tahun 2013.

Studi sebelumnya melaporkan beberapa faktor yang berhubungan dengan antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) setelah vaksinasi meliputi usia, jenis kelamin, status gizi, kepatuhan vaksinasi dan vaksinasi booster, namun studi serupa di Indonesia masih terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proporsi antibodi anti-HBs pada anak kurang dari 5 tahun yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif serta menganalisis faktor yang mungkin terkait setelah implementasi program vaksinasi hepatitis B pada bayi selama 22 tahun di Indonesia. Selain karena anak yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif masih mungkin terpapar virus hepatitis B dari anggota keluarga lain/pengasuh, juga respon terhadap vaksin hepatitis B lebih tinggi daripada anak yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif dan telah memperoleh imunisasi pasif (hepatitis B immunoglobin = HBIG).

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sidotopo Wetan, Surabaya, Jawa Timur, di mana angka cakupan vaksinasi hepatitis B mencapai 99.78% (2017) namun merupakan daerah dengan angka HBsAg positif yang tertinggi di Surabaya. Pada penelitian ini, sampel darah diambil dari anak balita yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif, dan telah menerima seri vaksinasi (primer) lengkap. Deteksi anti-HBs dilakukan degan tes cepat (rapid test). Data umur, jenis kelamin, status gizi, waktu vaksinasi atau kepatuhan vaksinasi, dan vaksinasi booster diperoleh dari kartu vaksinasi.

Dari 90 anak yang berpartisipasi dalam penelitian ini, hanya 61.1% menunjukkan anti-HBs positif. Diantara faktor usia, jenis kelamin, status gizi, kepatuhan vaksinasi dan administrasi vaksin booster, hanya administrasi vaksin booster yang berhubungan secara signifikan dengan status anti-HBs (p =0.012). Hanya 24.4% anak yang mendapat vaksin booster pada usia 18-24 bulan, namun hasil uji statistik menunjukkan anak yang mendapat vaksin booster sebanyak 5.45 kali lebih banyak menunjukkan anti-HBs positif daripada anak yang tidak mendapatkan vaksin booster (OR 5.45, 95% CI 1.45-20.52). Sesuai dengan kebijakan imunisasi nasional di Indonesia, dosis tunggal vaksin hepatitis B harus diberikan dalam waktu tujuh hari setelah kelahiran dan harus diikuti dengan tiga dosis vaksin kombinasi (DPT-HB) pada bulan ke-2, ke-3, dan ke-4. Kebijakan tersebut juga merekomendasikan penerapan vaksin booster yang bervariasi (1 – 3 dosis), dengan satu dosis booster dilaksanakan dalam program nasional, sedangkan anak-anak di daerah tertentu dapat menerima 1-2 dosis booster lagi ketika terjadi wabah.

Kesimpulan: Kurang dari 2/3 anak berusia kurang dari 5 tahun yang divaksin menunjukkan anti-HBs positif. Vaksin booster pada usia 18-24 bulan berhubungan bermakna dengan seropositivitas anti-HBs, namun cakupannya masih rendah. Pemberian vaksin booster sesuai rekomendasi dari kebijakan imunisasi nasional disarankan untuk diberikan dan dipantau secara rutin.

Penulis: Juniastuti

Informasi detil dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel: https://www.apjtm.org/text.asp?2021/14/9/410/326255

Judul : Seroprevalence of anti-HBs antibodies and the need for booster vaccination in children under 5 years of age born to HBsAg-negative mothers

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp