Waspada, Virus HIV/AIDS Kebal Terhadap Obat Antivirus (ARV) Telah Muncul di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by DW

Saat ini jumlah pengidap virus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan ada sekitar 800 000 orang, mayoritas berumur 25 – 49 tahun. Pada tahun 2020, 64% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengetahui statusnya; hanya 34% dari mereka yang positif menggunakan terapi antiretroviral (ARV), dan 17% telah mengalami penekanan jumlah virusnya (viral load). Sehingga Indonesia masih jauh dari target UNAIDS 95-95-95, di mana 95% ODHA mengetahui status HIV-nya, 95% orang yang mengetahui status mereka menggunakan ARV, dan 95% dari mereka yang menggunakan ARV telah menekan viral load. Untuk meningkatkan cakupan identifikasi ODHA di Indonesia salah satu pertimbangan adalah skrining demam akut pada pasien yang dirawat di rumah sakit, karena manifestasi klinis infeksi HIV akut dan koinfeksi terkait HIV dapat mencakup demam akut. Beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan penanganan pandemi HIV/AIDS ini diantaranya kepatuhan penderita minum obat dan munculnya virus HIV kebal terhadap ARV. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi genotipe dan mutasi-mutasi resistensi untuk memfasilitasi karakterisasi epidemiologi HIV di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan sebagai sub-analisis dari studi observasional yang  irancang untuk mengidentifikasi penyebab penyakit demam akut, penderita di rumah sakit (AFIRE) di delapan rumah sakit rujukan besar di tujuh ibu kota provinsi di Indonesia. Periode waktu penelitian antara Juli 2013 dan Juni 2016. Data klinis dan laboratorium rumah sakit hasilnya didokumentasikan, dan tes diagnostik tambahan (uji molekuler dan serologis) diselesaikan di Indonesia Research Partnership on Infections Disease (INARESPOND) di Jakarta. Di antara 1.486 individu yang terdaftar, 1.453 subjek memiliki spesimen yang tersedia. Empat puluh enam subjek (41 dewasa, 5 anak) HIV positif, menunjukkan prevalensi keseluruhan 3,2%, dengan 4,8% (41/855) pasien dewasa dan 0,8% (5/598) pasien anak. Dari hasil review catatan medis mengungkapkan bahwa 31/46 subjek sebelumnya sudah terdiagnosis infeksi HIV pada saat pendaftaran, dan 15/46 tidak diketahui memiliki infeksi HIV sebelumnya saat pendaftaran. Dari 46 subjek dengan Infeksi HIV tersebut 7 subject memiliki tingkat RNA HIV < 100 copies/mL (virus tidak terdeteksi), dan 39 subjek memiliki tingkat RNA HIV ≥ 100 copies/mL (virus terdeteksi)

Pada 39 kasus HIV dengan kadar RNA HIV ≥ 100, pemeriksaan sekuensing untuk analisis genotipe dan pengujian resistensi berhasil dilakukan pada 30 (77%) subjek. Lima (17%) subjek memiliki mutasi resistensi dan kelimanya didokumentasikan sebagai penerima cART. Pada lima subjek tersebut diidentifikasi mutasi resistensi terhadap nucleoside reverse transcriptase Inhibitors (NRTI) dan non-nukleosida reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Tidak ada bukti resistensi obat yang ditularkan ke pada 15 penderita yang baru didiagnosis HIV. Lima belas orang dewasa dan dua subjek anak dengan HIV meninggal. Secara keseluruhan angka kematian 37% (17/46) di antara subyek ODHA, dibandingkan dengan 5% (70/1.406) di antara kelompok non-HIV (P,0,01) 3 bulan setelah rawat inap. Angka kematian untuk pasien dengan HIV yang sebelumnya didiagnosis dan pasien dengan status HIV sebelumnya yang tidak diketahui adalah sama (32,4% berbanding 33%).

Dengan munculnya masalah resistensi terhadap obat anti retro virus (ARV) ini di Indonesia maka akan meningkatkan kegagalan terapi HIV/AIDS. ODHA akan lebih mudah terserang infeksi berat yang mematikan, sehingga morbiditas dan mortalitas penyakit HIV/AIDS ini akan meningkat. Studi ini menyarankan beberapa strategi yang dapat meningkatkan Deteksi dan Penatalaksanaan HIV di Indonesia: 1) Implementasi tes HIV rutin untuk semua pasien yang datang untuk rawat inap dengan demam, 2) mendidik penyedia layanan kesehatan tentang HIV strategi deteksi dan manajemen, 3) memperluas ARV formularium di Indonesia, dan 4)  mengedukasi pasien tentang HIV, termasuk pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan. Akses ke pengobatan, pemantauan ketat, tes viral load, dan genotipe tersedia akan sangat penting untuk mengendalikan epidemi HIV/AIDS di Indonesia.

Penulis: Usman Hadi

Link jurnal: Prevalence of HIV Infection and Resistance Mutations in Patients Hospitalized for Febrile Illness in Indonesia

Tuti P. Merati, and others. Am. J. Trop. Med. Hyg., 105(4), 2021, pp. 960–965.  doi:10.4269/ajtmh.20-1595 https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34460416/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp