Kelas Klinik II WDAC Hadirkan Dokter Hewan Spesialis Dermatologi Pertama di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Andhika Hardani Putra, drh., MS saat menyampaikan materi “Basic Skill in Veterinary Dermatology : The Importance of history-taking and diagnostic tests”. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Divisi Wild and Domestic Animal Care (WDAC) Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi pada akhir pekan kemarin kembali mengadakan Kelas Klinik II. Tema yang diangkat pada kelas ini adalah “Basic Skill in Veterinary Dermatology : The Importance of history-taking and diagnostic tests”.

Dalam kesempatan tersebut, hadir sebagai pemateri yaitu Andhika Hardani Putra, drh., MS. Beliau merupakan dokter hewan spesialis dermatologi veteriner pertama di Indonesia.

Dokter Andhika menyebut dalam menangani masalah dermatologi pada hewan, penting sekali untuk mengetahui anamnesis serta riwayat penyakit pada hewan tersebut. Hal ini, sambungnya, 70% lebih hasil pemeriksaan sangat bergantung kepada riwayat tersebut.

“Dokter hewan yang menangani kasus dermatologi, harus selalu mencatat atau membuat list gejala yang tampak. Sehingga memudahkan dokter hewan untuk meneguhkan diagnosa dan pemberian terapi selanjutnya,” ujar dokter Andhika.

Selain itu, tambahnya, dokter hewan juga dapat menentukan differential diagnosis dari penyakit yang sedang ditangani. Setelah itu, lanjutnya, barulah dokter hewan dapat menentukan diagnostic tests untuk setiap pasien.

“Form riwayat untuk history taking sangat membantu dokter hewan. Dari form dokter hewan dapat mengetahui apakah pasien sudah pernah berobat, obat apa yang diberikan, gejala apa yang terlihat, lingkungan pasien indoor atau outdoor dan sebagainya,” jelas alumni FKH UNAIR tersebut.

Berbagai tipe lesi, tandasnya, pada kasus dermatologi harus diketahui secara spesifik oleh dokter hewan maupun calon dokter hewan. Selain itu, distribusi lesi juga harus dipahami sehingga riwayat dapat diketahui.

“Saat ini, dengan mendokumentasikan lesi dan distribusi lesi sangat memudahkan dokter hewan,” ungkap dokter lulusan dari Master’s degree, Veterinary Medical Sciences-Dermatology Focus University of Florida, Gainesville, Florida.

Lebih lanjut dokter Andhika menjelaskan bahwa komplain utama owner juga perlu menjadi perhatian dokter hewan, sehingga masalah utama owner dapat diketahui. Dokter hewan juga bisa menanyakan apa ekspektasi owner pada saat visit.

“Dalam pemeriksaan, dokter hewan juga dapat bertanya usia hewan saat mulai muncul lesi (Age of onset), ras hewan, keluhan yang pertama kali muncul, riwayat distribusi lesi, riwayat makanan, Hewan piaraan lain di rumah, manusia dalam rumah, riwayat pengobatan, riwayat travel, riwayat flea, tick, and heartworm prevention,” papar dokter Andhika.

Beberapa diagnostic tests yang umum dilakukan dalam kasus dermatologi adalah pemeriksaan otoskopik untuk telinga, skin scraping untuk kulit, trichogram, wood’s lamp, skin cytology, ear cytology.

Di Akhir, dokter Andhika menyimpulkan bahwa pengambilan riwayat pasien menentukan 60-70% diagnosis penyakit kulit. 

“Gunakan form untuk membantu kelengkapan data pengambilan riwayat penyakit. Pemeriksaan dan diagnostic penunjang membantu 20-30% dari keakuratan diagnosis,” pungkasnya. (*)

Penulis : Muhammad Suryadiningrat

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp