5 Mahasiswa UNAIR Lestarikan Budaya Hingga Antarkan Juara dalam Ajang Internasional UNESCO

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh Ksatria Airlangga. Kali ini prestasi itu datang dari lima mahasiswa Manajemen Perhotelan Fakultas Vokasi (FV) UNAIR  angkatan 2020. Mereka berhasil meraih Top 5  atau  juara 4 Grand Challenger  pada Ajang Internasional “iWare Batik Hackathon Ideas Event” yang diselenggarakan olehUnited Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Jumat (29/10/2021).

Dalam kompetisi itu, delegasi UNAIR yang terdiri dari Krisna Dwi Fauzy, Sadila Hidayati, Tarista Deva C, Elvanda Listyanto Pradana dan Maharani Savitrie memberikan masukan  seputar ide-ide inovatif tentang cara melindungi warisan budaya takbenda melalui teknologi digital, khususnya hal-hal yang dapat menunjang aplikasi iWare Batik.

Sebelum tim menawarkan ide, tim mengikuti serangkaian kegiatan workshop user experience pada September lalu. Di akhir sesi workshop, tim dituntut untuk memberikan ide yang dikemas dalam bentuk essay, sehingga kompetisi tersebut sebagai program lanjutan dari workshop user experience.

Tercatat sekitar 926 mahasiswa dari 33 universitas di Indonesia yang mengikuti workshop dan  terpilih 156 delegasi dalam semifinal hackathon event. Selanjutnya terpilih delegasi dari 15 universitas yang maju ke babak final, termasuk UNAIR.

Alhamdulillah perwakilan UNAIR lolos 15 besar dan keluar sebagai peringkat ke-4 dari 33 universitas di Indonesia,” ungkap Umi Farichah Bascha, SE., MM., CHE. selaku dosen pendamping.

Umi Farichah menyebut bahwa kompetisi hackathon sangat bagus. Pasalnya selain bisa meningkatkan skill koordinasi tim, mahasiswa juga turut andil melestarikan batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dengan menampilkan ide-ide berlian para generasi milenial.

Dalam prosesnya, mahasiswa mempresentasikan idenya dalam bahasa Inggris. Juri kompetisi itu berasal dari tiga negara yakni Jerman, Hungaria, dan Indonesia. Kegigihan dan antusiasme mengantarkan mahasiswa UNAIR bisa menaklukan juara.

Krisna Dwi Fauzy selaku ketua tim membeberkan beberapa pelajaran berharga yang didapat selama prosesnya. “Sebagai leader, melalui ajang bergengsi ini saya bisa belajar banyak hal, salah satunya presentasi dan tanya jawab langsung dengan juri luar negeri (UNESCO, Red), belajar menyusun ide, menerapkan design thinking, critical thinking hingga solving juga,” pungkasnya. (*)

Penulis : Viradyah Lulut Santosa

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp