Pascasarjana UNAIR Kenalkan Perihal Publikasi Predator

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) dalam kuliah umum yang dilaksanakan pada Rabu (27/10/2021) mengangkat tema “Scholars in the Global South and the Problem of Predatory Publication.” Kuliah umum tersebut menghadirkan Dr. Ikboljon Qorabayev yang merupakan professor Hubungan Internasional Universitas M Narikbayev KAZGUU, Kazakhstan. Pada kuliah umum tersebut Ikboljon, sapaan akrabnya membawakan materi mengenai “Rise of Predatory Publications in the Global South: Example of Uzbekistan.”

Pada awal, Ikboljon menjelaskan masuknya publikasi predator dalam ilmu sosial menyebabkan adanya peningkatan publikasi jurnal di Ubezkistan yang terindeks Scopus. Ikboljon menyatakan bahwa sejak tahun 2019 peningkatan publikasi jurnal terindeks Scopus sangat tinggi namun ternyata sebagian besar publikasi tersebut muncul di jurnal yang kemudian dihentikan Scopus.

“Sejak 2019, kami melihat peningkatan tajam dalam jumlah publikasi penulis Uzbekistan di jurnal terindeks Scopus. Sayangnya, sebagian besar publikasi ini muncul di jurnal yang kemudian dihentikan dari Scopus karena sifatnya yang predator,” terangnya.

Selanjutnya Ikboljon menerangkan bahwa jurnal dan penerbit predator merupakan entitas yang mengutamakan kepentingan pribadi. Jurnal dan penerbit predator memiliki ciri informasi yang salah atau menyesatkan, penyimpangan dari praktik editorial dan publikasi, kurangnya transparansi, dan adanya praktik ajakan yang agresif dan sembarangan. Penerbit predator seringkali membuat situs web sangat mirip dengan penerbit yang sah dan menerbitkan jurnal dengan kualitas sangat rendah.

“Penerbit predator ini tidak jujur ​​dan kurang transparan. Mereka bertujuan untuk menipu para peneliti terutama yang tidak berpengalaman dalam komunikasi ilmiah. Kami menggunakan istilah jurnal predator untuk menandakan jurnal yang diduga menyalahgunakan akses terbuka berbayar untuk memeras penulis, dan mengikuti praktik aditorial yang cacat secara signifikan,” imbuhnya.

Kemudian, Ikboljon juga menjelaskan alasan penulis atau peneliti menerbitkan jurnalnya di penerbit predator. Pertama, karena adanya persyaratan kementerian untuk publikasi di Scopus atau terindeks Wos. Kedua, adanya alasan dari institusi untuk memasuki peringkat global. Ketiga, alasan pribadi karena ancaman identitas sosial, ketidaksadaran, tekanan tinggi, dan kurangnya kemampuan penelitian. Dan keempat, pada tingkat pasar seperti pengusaha penerbitan terutama di ruang pasca-soviet yang menjanjikan penulis jalan cepat menuju ketenaran.

“Alasan penerbitan di jurnal predator dengan kualitas rendah atau tidak relevan karena level kebijakan, persyaratan institusi untuk publikasi di Scopus atau jurnal terindeks Wos, level institusi, level individu, dan level pasar,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp