Bantu Masalahan Kesehatan Mental Anak dan Remaja Lewat Dukungan Psikologis Awal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Permasalahan terkait kesehatan mental tidak hanya dialami orang dewasa saja. Anak-anak dan remaja juga rentan mengalami problem kesehatan mental.  Apalagi, situasi pandemi Covid-19 saat ini menyebabkan banyak perubahan dan adaptasi dalam berbagai aspek kehidupan.

“Masalah kesehatan mental ini menyumbang 16 persen dari GBD (Global Burden of Disease) pada usia 10-19 tahun,” papar Atika Dian Ariana, S.Psi., M.Sc. pada webinar bertajuk ‘Mempersiapkan Pembelajaran Tatap Muka yang Sehat dan Bermakna untuk Anak dan Remaja’ Sabtu (30/10/2021).

Atika, sapaan akrabnya, juga menuturkan bahwa sekitar 50 persen permasalahan kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun. “Sebagian dari kasus ini tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan perawatan,” lanjut Atika.

Menurut Atika, terdapat beberapa permasalahan yang sering muncul pada usia anak dan remaja, seperti relasi dengan teman sebaya, sikap apatis, emosional, perilaku mengganggu, dan hiperaktivitas. “Situasi pandemi Covid-19 ini juga menyumbang permasalahan psikologis bagi siswa seperti stres, cemas, depresi, bahkan PTSD,” ungkap Atika.

Dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) itu menegaskan bahwa permasalahan kesehatan mental di usia remaja yang tidak segera mendapatkan perawatan yang layak dapat menyebabkan gangguan yang berlanjut pada usia dewasa. Untuk membantu mengatasi hal ini, Atika menyarankan penerapan Dukungan Psikologis Awal (DPA) untuk diterapkan di berbagai tingkat satuan pendidikan.

“DPA sendiri merupakan serangkaian keterampilan sederhana yang dilakukan secara sistematis untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif dari suatu masalah,” ungkap Atika. Ia melanjutkan bahwa DPA ini juga dapat berfungsi sebagai penunjang proses pemulihan psikologis.

“Satuan pendidikan dapat berfungsi sebagai faktor pendukung sekaligus faktor penghambat kesehatan mental anak,” ungkap Atika. Ia menegaskan agar Dukungan Psikologis Awal ini menjadi sarana bagi para pendidik untuk membantu menemukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa.

“Yang perlu diingat adalah selalu tunjukkan dukungan emosional pada siswa yang sekiranya sedang mengalami permasalahan psikologis. Selain itu, dorong siswa untuk mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi,” jelas dosen bidang kesehatan mental ini.

Atika menuturkan bahwa terdapat empat keterampilan dasar dalam memberikan DPA pada siswa berusia anak dan remaja. Empat keterampilan tersebut yaitu identifikasi dini, empati, mendengarkan aktif, dan stabilisasi emosi.

Walaupun DPA dapat membantu siswa untuk mengatasi permasalahan psikologisnya, Atika menegaskan bahwa bentuk dukungan ini bukanlah sebuah terapi atau konseling. “DPA ini juga bukan tindakan untuk mendiagnosis gangguan psikologis atau perawatan untuk gangguan psikologis. Jadi, ketika dirasa membutuhkan bantuan profesional, Anda tetap harus segera mendapatkannya (bantuan professional, Red),” pungkas Atika. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Quryatul

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp