Tiga Mahasiswa Ilmu Sejarah UNAIR Raih Juara 2 LKTI Nasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sesi Pengumuman Lomba History Fair Universitas Indonesia. (Foto: SS Zoom).

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga sebagai universitas kelas dunia (world class university) mendorong mahasiswanya untuk ikut aktif dalam berbagai perlombaan baik regional, nasional, ataupun internasional. Berkat dorongan yang diberikan oleh UNAIR ini menjadikan mahasiswanya berpacu untuk mendapatkan gelar juara. Terbaru, tiga mahasiswa Ilmu Sejarah UNAIR memenangkan Juara 2 History Fair di Universitas Indonesia. Mereka adalah Julianus Palermo, Muhammad Rizky Pradana, dan Firmanda Dwi Septiawan yang mengangkat penulisan sejarah mengenai Pelayaran dan Perdagangan di Pelabuhan Surabaya Tahun 1800-1830.

Disapa lewat sambungan telepon, Jumat (29/10), Pradana salah satu anggota tim mengungkapkan penulisan sejarah ini berangkat dari temuan mengenai penurunan pamor rempah di Surabaya 1800-1830. Menurutnya, ketersediaan dan dukungan keterbacaan sumber juga mumpuni sehingga ia menulis tema sejarah ini.

“Kami berangkat pada asumsi bahwa pada rentang 1800-1830, tersedia banyak sumber primer, juga tidak banyak sumber primer yang kami temui menggunakan tulisan tangan, sehingga memudahkan kami dalam mengolahnya,” ujarnya.

Tak hanya itu, Pradana menambahkan setidaknya penulisan tema sejarah ini juga berkaitan dengan upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang sedang gencar-gencarnya mengangkat isu mengenai jalur rempah di Nusantara. Hal tersebut ditujukan untuk mendaftarkan jalur rempah sebagai warisan budaya nonbenda ke UNESCO.

“Sehingga topik dalam paper kami mengangkat hal yang sedang naik daun itu,” tekannya.

Walaupun sempat terkendala dengan sumber bacaan, tak menyurutkan langkah Pradana dan tim. Ia berusaha mencari referensi yang dapat dijangkau dengan mudah, terutama sumber primer. “Untungnya kami menemukan koran Java Government Gazette yang jadi ujung tombak kami dalam paper tersebut,” tambahnya.

Dalam lomba yang digelar secara daring dengan memanfaatkan zoom meeting itu, Julianus selaku ketua tim berharap bahwa paper tersebut dapat menambah value pengetahuan akademis, juga sebagai bahan diskusi para sejarawan yang terbuka akan kritik.

“Harapan kami tidak muluk-muluk kami ingin agar paper ini nantinya dapat diterbitkan dalam bentuk jurnal,” pungkas mahasiswa berkacamata itu. (*)

Penulis : Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp