Peran Budaya dalam Memperkuat Pengaruh Kinerja Orientasi Kewirausahaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh majoo.id

Kewirausahaan telah lama dipandang sebagai mesin yang mendorong inovasi dan mendorong pembangunan ekonomi (Hasan, 2021). Dalam lingkungan yang sangat kompetitif dan tidak stabil saat ini, keberhasilan organisasi, termasuk perusahaan publik, memerlukan adaptasi dan penyesuaian yang disengaja terhadap budaya mereka – faktor lingkungan. Sejauh mana faktor ini dapat memoderasi hubungan antara EO dan kinerja di lingkungan non-Barat masih harus diteliti lebih lanjut. Penelitian dilakukan dengan menguji peran moderasi budaya pada efek orientasi kewirausahaan pada kinerja perusahaan publik di lingkungan bisnis non-Barat. Ini adalah kepentingan utama dari penelitian ini untuk menyelidiki hubungan antara EO dan kinerja perusahaan.

Studi yang dilakukan berusaha untuk mendefinisikan hubungan yang terintegrasi namun kompleks antara EO, kinerja dan nilai budaya. Untuk menguji model hierarkis, penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) dalam struktur faktor orde kedua. Pemodelan faktor orde kedua ini dapat meningkatkan konseptualisasi dan estimasi model keseluruhan melalui kesamaan yang mendasari di antara dimensi orde pertama (Chin, 1998). Pemodelan ini juga menawarkan fleksibilitas dan penghematan yang lebih besar dalam menentukan konstruksi model (Chin, 1998). Metode ini mengevaluasi daya prediksi variabel independen dengan melihat koefisien regresi parsial standar (β), dan mengevaluasi daya penjelas dari keseluruhan model dengan melihat koefisien determinasi ganda (R2). 

Terdapat lima komponen diekstraksi berdasarkan nilai eigen lebih dari 1. Ini termasuk 1 komponen budaya (CULTR); 1 komponen orientasi kewirausahaan (EORI); 1 komponen kinerja (PERFM); dan 2 komponen faktor lingkungan (ENVC) & (ENVD). Sedangkan untuk keinovatifan (3 item), proaktif (3 item) dan pengambilan risiko (3 item), ke-9 item tersebut dimuat ke dalam 1 komponen yaitu orientasi kewirausahaan (EORI). Model struktural dinilai berdasarkan koefisien determinasi (R2), relevansi prediktif (Q2), ukuran efek (f2) dan besarnya dan tanda (β) dan nilai-p dari koefisien jalur. Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa jalur struktural yang mengarah dari prediktor (EORI) ke kriteria (PERFRM) signifikan, dengan magnitudo sedang dan ukuran efek sedang (β=0,28, p<0,001, f2 = 0,12).

Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah Dess dan Lumpkin (2005) telah meminta peneliti “untuk mempertimbangkan faktor apa yang meningkatkan atau mengurangi hubungan kinerja EO-perusahaan.” Tinjauan literatur menunjukkan bahwa perusahaan EO membutuhkan karyawan yang memahami peluang, tetapi juga membutuhkan karyawan yang berperilaku wirausaha setelah menemukan peluang semacam itu. Manajer di negara berkembang seperti Malaysia tidak dapat memulai proses perubahan organisasi yang diarahkan untuk membangun EO dalam meningkatkan kinerja.

Artikel ini menjadi landasan bagi para pengambil keputusan di negara berkembang seperti Malaysia dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:(1) Jika EO memainkan peran penting dalam pencapaian kinerja bisnis yang unggul, apa faktor yang mendorong atau menghambat kegiatan berorientasi kewirausahaan? Penelitian empiris di sepanjang garis ini akan memberi kita gambaran yang lebih komprehensif tentang hubungan orientasi kewirausahaan-kinerja dan memungkinkan wawasan yang lebih rinci tentang peran budaya pada pengaruh kinerja EO untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

Penulis: Anak Agung Gde Satia Utama

Secara lebih lengkap, informasi mengenai riset ini dapat dilihat pada link berikut: https://rigeo.org/view-artical/?s_id=1251

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp