Manfaat Operasi Bariatrik pada Pasien Obesitas dan Penyakit Kardiovaskular

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pinterest

Angka kejadian penyakit kardiovaskular di seluruh dunia meningkat setiap tahunnya, hingga mencapai 523 juta kasus pada tahun 2019 dengan angka kematian mencapai 18,6 juta jiwa, dan angka ini diprediksi akan terus bertambah. Penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah otak merupakan kontributor terbanyak dari penyakit kardiovaskular, dengan angka kematian terus mengalami peningkatan hingga dua kali lipat selama sepuluh tahun terakhir. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya usia, urbanisasi, dan kemajuan teknologi yang menyebabkan pola hidup tidak sehat dan obesitas, juga diiringi dengan kebiasaan merokok dan pola makan yang buruk. Obesitas, yang diukur dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 (non Asia) atau 28 (Asia), diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung melalui beberapa mekanisme. Kelebihan jaringan lemak dapat menyebabkan resistensi insulin, peradangan, aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan perubahan struktur serta fungsi jantung. Maka dari itu, mengurangi penumpukan jaringan lemak sangat penting untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada pasien obesitas. Penanganan pertama obesitas adalah modifikasi pola hidup (mengatur pola makan, olahraga rutin, dan perubahan kebiasaan), akan tetapi, ketika penanganan ini gagal untuk menurunkan obesitas, pilihan kedua adalah penggunaan obat-obatan dan operasi bariatrik. 

Operasi bariatrik adalah prosedur operasi untuk menurunkan berat badan dengan cara membatasi ukuran lambung sehingga mengurangi jumlah makanan yang dicerna dan mengganggu proses pencernaan makanan itu sendiri. Terdapat beberapa prosedur operasi bariatrik, di antaranya pengikatan lambung, pemotongan lambung, atau membuat saluran pintas langsung ke usus. Beberapa literatur menyebutkan bahwa operasi bariatrik memberikan keuntungan pada pasien dengan obesitas, di antaranya dapat memperbaiki distribusi lemak tubuh dengan menurunkan faktor risiko kardiovaskular, yang meliputi dislipidemia, hipertensi, resistensi insulin, prediabetes, perlemakan hati, peradangan, reaktivitas pembuluh darah, dan gangguan pernapasan saat tidur. Operasi bariatrik juga dapat mencegah kekambuhan Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) melalui pengendalian berat badan. Karena DM tipe 2 seringkali menimbulkan komplikasi kardiovaskular, operasi bariatrik dapat menurunkan risiko tersebut, terutama ketika kadar gula darah yang tinggi tidak bisa lagi terkontrol oleh perubahan pola hidup dan obat-obatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Andryanto dkk merupakan pencarian literatur sistematik dan meta analisis untuk membandingkan kejadian kardiovaskular berat (major adverse cardiovascular event-MACE) pada pasien dengan obesitas dan penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan dan tanpa operasi bariatrik. Penelitian ini mendapatkan sebelas studi primer yang mengambil 1.772.305 pasien (74.042 pasien dilakukan operasi bariatrik dan 1.698.263 pasien tidak dilakukan operasi). Penelitian meta analisis sendiri merupakan penelitian dengan tlevel of evidence yang paling tinggi di bidang kedokteran, karena melibatkan proses yang selektif, sistematik, dan mampu merangkum berbagai hasil penelitian yang pernah ada sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan obesitas dan penyakit kardiovaskular yang dilakukan operasi bariatrik memiliki risiko yang secara bermakna lebih rendah (0,49 kali) untuk mengalami kejadian kardiovaskular berat dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan operasi. Hal ini menunjukkan manfaat operasi bariatrik dalam menurunkan kejadian kardiovaskular berat pada pasien obesitas dan penyakit kardiovaskular. Hal tersebut dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain pengendalian metabolisme seluler, pengendalian hantaran sistem saraf, menekan hipertensi, perbaikan fungsi jantung, dan mengendalikan profil lipid pasien.

Pada umumnya, pendekatan non bedah (modifikasi pola hidup dan pengobatan farmakologi) lebih disukai dan diutamakan sebagai penanganan utama obesitas. Akan tetapi, pendekatan tersebut memiliki beberapa kelemahan, di antaranya ketidakpatuhan penderita. Perubahan pola hidup juga pada umumnya hanya dapat menurunkan sekitar 10% dari berat badan penderita, dan hanya sekitar 5,3% penderita yang dapat mempertahankan penurunan berat badan dalam 8 tahun pengamatan, sedangkan sisanya kembali mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pendekatan bedah dengan operasi bariatrik sangat dipertimbangkan dalam kondisi tertentu Ketika pendekatan non bedah gagal mencapai target penurunan berat badan. Walaupun demikian, terdapat beberapa komplikasi operasi bariatrik, bergantung pada jenis operasinya. Risiko yang sering terjadi adalah pembuntuan saluran cerna. Selain itu risiko lain adalah kerusakan sel lambung dan sindroma dumping (berkeringat dingin, pusing, berdebar, nyeri perut, mual, muntah, atau diare, dikarenakan pengosongan lambung yang terlalu cepat). Oleh karena itu, walaupun memiliki keuntungan dalam menurunkan kejadian kardiovaskular berat, pemilihan operasi bariatrik sebagai lini terapi untuk obesitas harus dipertimbangkan dengan matang dengan memperhitungkan efek samping yang dapat ditimbulkan.

Penulis: Dr. Citrawati Dyah Kencono Wungu, dr., M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.mdpi.com/2072-6643/13/10/3568/pdf

Sutanto, A.;Wungu, C.D.K.; Susilo, H.; Sutanto, H. Reduction of Major Adverse Cardiovascular Events (MACE) after Bariatric Surgery in Patients with Obesity and Cardiovascular Diseases: A Systematic Review and Meta-Analysis. Nutrients 2021, 13, 3568. https://doi.org/10.3390/nu13103568

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp