Guru Besar Farmasi Ungkap Potensi Kitosan sebagai Biomaterial Teknologi Farmasi dan Biomedis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Dra. Retno Sari, M.Sc., Apt. dalam dalam sambutannya sebagai Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Airlangga. (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Suasana bangga dan haru menyelimuti figur Prof. Dr. Dra. Retno Sari, M.Sc., Apt seorang dosen di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) selama keberlangsungan pengukuhan guru besar. Pengukuhan yang berlangsung di Aula Garuda Mukti, Rabu (27/10/2021) tersebut telah berhasil mengukuhkan sosok Prof. Dr. Dra. Retno Sari, M.Sc., Apt. dalam menerima gelar jabatannya sebagai Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Airlangga. 

Perempuan yang lahir di Malang pada 10 Agustus 1963 tersebut telah mengabdikan dirinya sebagai seorang dosen sejak tahun 1989. Dalam beberapa catatan, ada sebanyak 25 artikel publikasi jurnal internasional dan sebanyak 7 artikel publikasi nasional yang telah diterbitkan oleh Prof. Retno. 

Melalui pidatonya, Prof. Retno menyampaikan tentang Potensi dan Aplikasi Kitosan sebagai Biomaterial di Bidang Teknologi Farmasi dan Biomedis. Beliau menjabarkan tentang potensi sumber daya kelautan di Indonesia yang sangat besar dan strategis untuk dikembangkan. 

“Potensi perikanan di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dimana salah satu sektor ekonomi kelautan adalah industri pengolahan hasil perikanan. Indonesia merupakan negara pengekspor udang kupas-tanpa kepala dengan volume ekspor sekitar 90 ribu ton dan kepiting sekitar 4000 ton setiap tahunnya,” terangnya.

“Dari jumlah tersebut terdapat potensi kulit udang dan kepiting sebesar 13 ribu ton per tahun yang dapat diolah menjadi kitin dan turunannya, kitosan,” jelas Prof. Retno. 

Menyoroti penjelasan Prof. Retno, kitin merupakan struktur utama dari crustacean yang dapat digunakan di bidang industri pangan, bioteknologi, farmasi, kedokteran, serta lingkungan. Kitin merupakan polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. 

“Kitin menghasilkan kitosan yang merupakan biopolimer yang baik, kompatibel, dan nontoxic yang dapat dicerna dalam lingkungan biologis,” ucap Prof Retno dalam pidatonya. 

“Oleh karena itu, pemanfaatan Kitosan dalam bidang biomedik sangat potensial. Kitosan banyak digunakan dalam bidang kefarmasian di antaranya sebagai pembawa, pengikat, disintegran tablet, pembawa sediaan lepas lambat, sistem penghantaran tertarget,” sambungnya.

Selain itu, pengaplikasian kitosan di bidang biomedik terhitung banyak, berdasarkan penjelasan Prof. Retno, pengaplikasian tersebut, diantaranya, “sebagai bahan wound healing melalui kemampuan kitosan dalam membentuk filum seperti hidrogel yang merupakan hal penting untuk membalut luka,” terang dosen di Fakultas Farmasi tersebut. 

Di akhir, Prof Retno mengatakan bahwa pemanfaatan kitosan dalam bidang farmasi dan biomedis sangatlah banyak dan berpotensi besar untuk mengembangkan sistem penghantaran obat serta biomedik. Hal tersebut juga sejalan dengan SDGs poin 14 yakni Life below water dengan konservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudera, dan maritime. 

Penulis: Zahwa E. Bella

Editor: Khefti Al Mawalia 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp