Regulasi Diri, Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Penderita Kanker Payudara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by lifepack id

Pasien kanker payudara  mengalami penurunan kesejahteraan psikologis karena  banyaknya distress emosional yang dirasakan. Distress tersebut berupa kecemasan, ketakutan, depresi, rasa marah dan bersalah serta permasalahan uncertainty. Perhatian terhadap kemampuan regulasi diri penderita kanker payudara masih sangat kurang dikarenakan keterlibatan penderita lebih terfokus terhadap pilihan terapi, sehingga permasalahan uncertainty juga masih jarang dikaitkan dalam regulasi diri. Padahal kemampuan meregulasi diri yang baik akan meningkatkan kesejateraan psikologis pasien. Kesejahteraan psikologis jika tidak tertangani dengan baik akan  menyebabkan berkurangnya kepatuhan terhadap pengobatan dan berpotensi berkembang menjadi gangguan kejiwaan berat/psikiatrik serta berkurangnya respon keberhasilan  terapi. Penderita kanker payudara dengan kesejahteraan psikologis negatif akan merasa menjadi beban bagi orang lain dan tidak bahagia menjalani proses terapi.  Hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon kortisol yang akan menyebabkan lebih lanjut terhadap penurunan fungsi imunitas tubuh serta  meningkatkan resiko keparahan penyakit. 

Menghadapi kanker dengan  proses perawatan dan terapi yang beragam, kondisi yang mengancam jiwa, perjalanan serta prognosis kanker yang tidak pasti, dan pengaturan hidup di masa depan  merupakan penyebab uncertainty yang sering dirasakan oleh pasien. Ketidakpastian ini akan menimbulkan psikologis yang buruk  apabila penderita kanker payudara  tidak mampu mengadopsi strategi yang tepat untuk mengatasinya. Keberadaan respon uncertainty mempengaruhi kemampuan koping dan perilaku pasien. Penelitian telah menjelaskan efek buruk dari penggunaan strategi koping menghindar yang berlebihan yang dapat menghasilkan masalah  psikologis dan fisik  negatif lebih lanjut pada pasien kanker. Pasien dengan koping menerima, penilaian positif, dan problem focused coping berkorelasi dengan status psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik, sedangkan pasien dengan emotion focused coping lebih menunjukkan kualitas hidup dan capaian terapi lebih buruk. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa keberadaan respon uncertainty perlu dilibatkan dalam regulasi diri pasien agar koping lebih adaptif sehingga tercapai kesejahteraan. 

Kemajuan dalam perawatan medis dan partisipasi aktif dalam terapi membuat tingkat kelangsungan hidup pasien dengan kanker payudara telah meningkat secara signifikan dan relatif lebih tinggi daripada pasien dengan jenis kanker lainnya,  Regulasi diri tentang penyakit terdiri dari proses kognitif yang menyebabkan respon emosional dengan tahap pertama adalah interpretasi.  Faktor- faktor yang mempengaruhi penilaian penyakit adalah kapasitas kognitif, informasi, pendidikan, dan pengetahuan penyakit yang juga mempengaruhi seseorang mengartikan stimulus dan membentuk perkembangan ketidakpastian sakit. Komunikasi, social support, dan dukungan dari health care system juga berpengaruh terhadap penilaian. Faktor  usia juga mempengaruhi penilaian, dimana wanita yang terdiagnosis lebih muda sebelum usia 50 tahun lebih sering mengalami distress terhadap ketidakpastian diagnosis dan pengobatan daripada wanita yang  lebih tua. Memahami faktor-faktor yang berperan dalam melakukan perilaku regulasi diri sangat penting untuk peningkatan kesejahteraan pasien secara umum dan meningkatkan  status kesehatan yang lebih baik.  

Kemampuan pasien dalam meregulasi diri akan semakin baik apabila pasien mampu memaknai sakit dengan positif. Penyakit kanker cenderung mendorong seseorang untuk mencari tahu makna hidupnya. Dengan menemukan makna hidup penderita akan lebih semangat menjalani perawatan dan pengobatan serta lebih mampu menyeleseikan masalah emosi serta ketidakpastian yang dirasakannya. Pasien yang menemukan makna sakit yang positif akan mempunyai kesejahteraan psikologis lebih tinggi dan tanda ansietas dan depresi lebih rendah, serta lebih puas menjalani kehidupan walau menderita kanker. Kesulitan yang dihadapi terkait kanker payudara ini, akan membuat pasien mengalami pertumbuhan pasca trauma, serta lebih mengapresiasi hidupnya walau menderita kanker payudara. Penemuan makna merupakan elemen kunci dalam meningkatkan kesejahteraan selama dan setelah mengalami kejadian traumatik seperti kanker serta membuat pasien  lebih siap menghadapai proses penyembuhan dan mencapai tujuan hidup. Pasien yang mampu mengidentifikasi keuntungan atau arti dari pengalaman sakit serta percaya kontribusi kanker terhadap pertumbuhan personalnya akan menunjukkan kualitas hidup yang lebih bagus, menunjukkan gejala depresi lebih rendah dan status kesejahteraan lebih tinggi. Kepekaan yang kuat dalam memaknai hidup diasumsikan merupakan faktor protektif dalam melawan distress psikologis dan meningkatkan kesejahteraan pasien kanker.

Penderita kanker payudara harus melakukan regulasi diri dengan menemukan makna hidup sehingga kesejahteraan psikologisnya meningkat.  Meregulasi diri berarti pasien harus memiliki kemampuan merubah perilaku untuk mencapai tujuan hidup serta  kemampuan untuk mengontrol situasi yang penuh emosional,  mampu mengelola dampak psikologis dan  efek samping dari pengobatan, serta uncertainty  yang dirasakan. Sehingga perlu untuk melakukan pengembangan intervensi regulasi diri untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pasien kanker payudara. 

Pengirim: Hanik Endang Nihayati 

Disarikan dari : Emotional Regulation Intervention for Reducing Distress Psychologist in Breast Cancer Woman: Systematic Review

Journal of International Dental and Medical Research ISSN 1309-100X 

http://www.jidmr.com

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp