Keberadaan Kerang Purba di Pesisir Pantai Utara Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by GNFI

Pesisir Pantai Utara Jawa Timur kaya akan hewan-hewan invertebrata, salah satu yang belum dikenal oleh masyarakat luas adalah keberadaan kerang purbayang eksistensinya di lingkungan masih dijumpai hingga saat ini. Tetapi bagi masyarakat pesisir Tuban, Probolinggo dan Madura dimanfaatkan sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Sebagian besar masyarakat pesisir mengenal dengan nama kerang lentera (lamp shell), masyarakat Tuban menyebutnya kerang daun (leaf shell), tauge (kecambah) laut, ataupun tebalan menurut masyarakat pesisir Probolinggo, dan dinamakan tobalen menurut masyarakat Madura.Kerang ini disebut kerang lentera karena bentuknya menyerupai lampu pada zaman dahulu.

Kerang lentera atau kerang lampu termasuk dalam filum Brachiopoda, kelas Lingulatadan marga Lingula merupakan kerang purba.Hal ini terbukti karena jenis-jenis hewan ini umumnya ditemukan dalam bentuk fosil.Pada zaman (era) palezoikum tercatat 456 marga dan pada zaman mesozoikum tercatat 177 marga. Sampai saat ini jenis-jenis kerang lentera yang masih hidup diduga ada 260 jenis dari 63 marga dan marga Lingula terbukti merupakan jenis tertua di dunia. Hal ini perlu mendapat perhatian kita semua untuk dapat melestarikan keberadaan dan eksistensinya hewan tersebut.Habitat kerang lampu berada di bawah substrat pada zona intertidal suatu perairan, tetapi jumlahnya relatif sedikit jika dibandingkan dengan jenis invertebrata benthik lainnya. Dari hasil penelitian beberapa ilmuwan, bahwa kerang lampu jenis Lingula sp. berada di bawah substrat pada kedalaman 5-10 cm di zona intertidal pantai yang bermangrove.

Morfologi kerang lentera, terdiri atas kerangka keras dari bahan kapur seperti halnya kerang-keragan yang lainnya. Kedudukan cangkang pada posisi menelungkup (dorso-ventral) dimana cangkang bagian bawah (ventral) pada umumnya lebih besar daripada bagian atas (dorsal). Kedudukan tersebut secara taksonomi membedakan hewan brakhiopoda dengan kerang-kerangan dari filum moluska yang kedudukan cangkangnya pada umumnya pada posisi miring atau lateral. Ukuran cangkang kerang lentera umumnya kecil, dan bervariasi antara 0,5 cm sampai 8 cm tergantung jenisnya, tetapi yang ditemukan dalam bentuk fosil umumnya mempunyai ukuran cangkang lebih besar

Lingula sp yang didapat dari Pantai Mayangan Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia memiliki cangkang telur agak lonjong berwarna hijau mengkilat, pedikel terdapat di daerah posterior. Di dalambagian dalam tubuh, Lingula sp. memiliki struktur khas yang disebut lofofor. Panjang keseluruhanLingula sp. berkisar antara 40 – 120 mm. Substrat yang menjadi habitat Lingula sp. adalah lumpur halus seperti sutrapasir dengan komposisi kerikil 0,13%, pasir 88,44%, butiran halus 11,43% (lanau + lempung). Sementara itu,habitat Lingula sp. mengandung 0,644% nitrogen (N), 0,087% fosfor (P), 0,362% kalium (K), dengan pH 8,30 dan salinitas 5,94%.

Penulis : Dr. Sucipto Hariyanto, DEA

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Jurnal Ecology, Environment, and Conservation (26 (April Suppl. Issue) : 2020; pp. (S54-S59) Copyright@ EM International ISSN 0971–765X

https://Scientific papers published under Ecology, Environment and Conservation Vol 26, April Suppl. Issue, 2020 (envirobiotechjournals.com)

Judul Artikel: Ecological study of primitive brachiopods Lingula sp. in Probolinggo, East Java, Indonesia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp