Renang Meningkatkan Fungsi Memori dan Menurunkan Kadar NMDA

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kajianpustaka.com

Harapan hidup telah meningkat dalam beberapa dekade ini dan menyebabkan meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut. Peningkatan populasi lanjut usia (lansia) baru-baru ini menjadi fokus yang menarik perhatian di negara berkembang karena usia harapan hidup (UHH) yang makin meningkat. Tingginya UHH merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan. Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan UHH di Indonesia. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Ketika manusia semakin tua, mereka cenderung untuk mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi untuk menimbulkan ketidakmampuan diantaranya ketidakmampuan fisiologik.

Kelompok lansia berisiko tinggi mengalami gangguan kognitif. Banyak individu lansia mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas sulit di kehidupan sehari-hari.  Kemampuan fisik dan mental dengan jelas menurun seiring usia, sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup. Berbagai penelitian terkini telah menyatakan bahwa gangguan kognitif, satu dari penyakit degeneratif otak, terutama sering terjadi pada individu usia tua. Salah satu penyakit degenerative otak adalah penurunan memori. Gangguan memori dapat mempengaruhi kualitas hidup individu yang sudah lanjut usia secara substansial. Memori, mengacu pada proses fisiologi selama pengalaman individual yang diakumulasi dan disimpan, berperan penting dalam fungsi kognitif secara keseluruhan pada manusia. Memori memiliki bermacam dimensi, termasuk kemampuan menyimpan dan menjaga informasi serta pengambilan kembali memori yang diinginkan. Gangguan memori menyebabkan kecenderungan dalam salah menempatkan sesuatu, kesulitan mengingat janji,dan lupa akan percakapan dan peristiwa yang mendetail, dan selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas hidup secara substansial.

Salah satu aspek terpenting dalam kualitas hidup adalah kesehatan. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa latihan fisik merupakan intervensi efektif untuk pencegahan dan penanganan penyakit degeratif otak. Hal tersebut berhubungan dengan perubahan beberapa fakto neurotropik (NT), seperti brain-derived neurotrophic factor (BDNF) dan reseptor glutamat N-methyl-D-aspartate (NMDA). Latihan fisik secara luas telah digunakan untuk memperbaiki gangguan kognitif. Latihan fisik dapat menghilangkan stres dan kecemasan yang akhirnya menjadikan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan manfaat latihan fisik aerobik dalam perbaikan fungsi kognitif dengan meningkatkan BDNF dan mencegah NMDA berlebih, namun hasil penelitian lain masih kontroversial. Oleh karena itu, kami meneliti hubungan antara latihan fisik dan fungsi memori, peningkatan BDNF, dan penurunan NMDA pada tikus yang berusia tua.  Exercise / latihan fisik adalah suatu kegiatan yang terencana, terukur, ada repetisi gerakan dan mempunyai tujuan. Exercise adalah suatu kegiatan yang sering dihimbau ke semua orang karena banyak manfaat yang didapat, yaitu untuk sarana promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh pemberian exercise terhadap ekspresi NMDA dan BDNF pada tikus tua.

BDNF dan NMDA berperan penting dalam plastisitas sinaps hippocampus. Hippocampus, bagian inti dalam proses pembelajaran dan memori mewakili lokasi primer neurogenesis pada orang dewasa, menggunakan potensi terbesarnya terhadap neuroplastisitas otak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah gangguan kognitif dapat dicegah atau diatasi oleh latihan fisik (renang) dengan cara pengukuran kadar BDNF dan NMDA. Rancangan penelitian ini adalah penelitian acak post-test only dengan kelompok kontrol, dimana terdapat total sebanyak 30 Rattus norvegicus jantan berusia 1 tahun dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu : K0 sebagai kontrol, K1 dan K2 sebagai kelompok perlakuan (latihan fisik aerobik dengan berenang) dalam frekuensi yang berbeda (3 kali dan 5 kali per minggu). Fungsi memori dinilai dengan Y Maze. BDNF dan NMDA dianalisis dengan ELISA.            

Pada hasil percobaan ditemukan perbedaan signifikan antara peningkatan fungsi memori dan penurunan NMDA antar kelompok (p = 0.001; p = 0.041), namun tidak ditemukan pada peningkatan BDNF (p = 0.387). Latihan fisik dengan berenang dapat meningkatkan fungsi memori melalui penurunan NMDA, namun tidak pada peningkatan BDNF. Kami menyarankan latihan fisik berenang sebagai metode alternatif untuk  mecegah dan memperlambat penyakit degeneratif otak. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk melengkapi mekanisme akan hal ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain sebelumnya, yang menunjukkan bahwa latihan fisik (renang) memiliki efek menguntungkan terhadap gangguan memori dan penyakit neurodegeneratif. Meskipun beberapa peneliti menggunakan berbagai metode dan parameter dengan pengaturan yang berbeda, hasilnya selalu sama: Latihan fisik dapat meningkatkan fungsi kognitif.

Penulis: Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr., Sp.S(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

Hanik Badriyah Hidayati, Purwo Sri Rejeki, Lilik Herawati, Susi Wahyuning Asih, Suhartati Suhartati, Siti Khaerunnisa, “Swimming Improves Memory Function and Decreases N-Methyl-D-Aspartate in Ageing Rats” IJFMT, 2021, 15 (4), 1264-1269.

https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i4.16883

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp