Pisang sebagai Alternatif Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim Global

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh agrozine.id

Pemanasan global merupakan suatu keniscayaan, sehingga kita tidak dapat menghindar dan harus dihadapi, oleh karena itu harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Sebagai Negara berpenduduk  nomor empat di dunia dan pada tahun ini sudah mencapai 272 juta jiwa, Negara Indonesia perlu mempersiapkan dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi perubahan iklim global, terutama dalam menyediakan pangan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat.

Tanaman pisang merupakan tanaman keempat terpenting di negara berkembang setelah beras, gandum, dan jagung. Pada tahun 2019, nilai produksi pisang dunia mencapai 117 juta ton. Sedangkan produksi pisang Indonesia pada tahun 2020 mencapai 8.182.756 ton. Dari segi nutrisi, pisang merupakan salah satu komoditas yang berpeluang sangat tinggi untuk diversifikasi bahan pangan pokok di Indonesia. Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan dengan sumber karbohidrat yang lain, beberapa pisang yang unggul dapat mencapai produktivitas 30 – 40 ton/ha/tahun. Apabila dikonversi dengan jumlah karbohidrat, dengan asumsi kandungan pati sebesar 25 persen, maka pisang unggul dapat memproduksi karbohidrat sebesar 7.5 – 10 ton/ha/tahun. Pisang memiliki daya adaptasi luas dan secara teknis dapat tumbuh baik pada lahan kering atau daerah dengan curah hujan rendah. Akan tetapi produksi pisang turun naik, sering terjadi penurunan produksi pisang. Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang di Indonesia adalah tingginya serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Teknologi Sehat Budidaya Pisang. Teknologi yang diterapkan meliputi semua sistem produksi untuk menghasilkan buah yang bermutu, aman bagi konsumen serta menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga penting untuk diteliti mendapatkan donor tetua yang berkualitas bagus, tahan hama dan penyakit dan tahan terhadap perubahan lingkungan.

Pada saat ini sebagian besar pisang berevolusi dari dua induk liar yaitu pisang dengan genom A mempunyai nama latin Musa acuminata yang berhubungan dengan cita rasa buah dan pisang dengan genom B mempunyai nama latin Musa balbisiana yang berhubungan dengan kandungan pati, ketahanan berbagai penyakit jamur dan virus Induk liar tersebut mempunyai peran penting terkait sumber plasma nutfah untuk meningkatkan kualitas pisang di masa depan

Pisang termasuk dalam genus Musa yang merupakan tumbuhan herba dan partenokarpi. Penanda molekuler banyak digunakan untuk evaluasi keragaman genetik karena didasarkan pada genotipe. Telah direkomendasikan dua kombinasi lokus plastida untuk DNA barcoding tumbuhan yaitu rbcL dan matK.

Dilakukan analisis dan evaluasi keragaman dan kekerabatan genetik berbagai kultivar pisang (M. acuminata) diploid (AA) dan triploid (AAA) berdasarkan sekuen gen rbcL dan matK . Material daun pisang yang digunakan dalam penelitian adalah 10 kultivar pisang (M. acuminata) koleksi Kebun Raya Purwodadi. Amplikon gen rbcL menghasilkan sekuen dengan ukuran 748-756 bp. Sekuen gen rbcL pada sembilan belas OTU tanaman pisang mempunyai sequence conservation yang tinggi (0,934) dan membentuk sembilan haplotipe. Topologi pohon filogeni sekuen gen rbcL menunjukkan pola pemisahan pada famili Musaceae menjadi dua klad meliputi genom B yaitu M. balbisiana (klad 1) dan genom A yaitu pisang kultivar dan liar (M. acuminata) (klad 2). Amplikon gen matK menghasilkan sekuen dengan ukuran 757-767 bp. Sekuen gen matK pada sepuluh OTU kultivar pisang (M. acuminata) mempunyai sequence conservation yang tinggi (0,983) dan membentuk sepuluh haplotipe. Topologi pohon dengan sekuen gen matK mengelompokkan kultivar pisang (M. acuminata) menjadi tiga klad, yaitu klad pertama terdiri atas subgrup Sucrier dan Red banana; klad kedua subgrup Gros Michel dan Inarnibal; sedangkan klad ketiga subgrup Cavendish dan Inarnibal. Seluruh kultivar pisang (M. acuminata) dalam penelitian ini berkerabat sangat dekat dan memungkinkan sebagai duplikasi. Pisang liar (M. acuminata dan M. balbisiana) direkomendasikan sebagai prioritas konservasi karena berpotensi sebagai tetua donor genom A dan B.

Penulis: Dr. Sucipto Hariyanto, DEA

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://ijcs.ro/public/IJCS-21-44_Hariyanto.pdf 
INTERNATIONAL JOURNAL OF CONSERVATION SCIENCE Volume 12, Issue 2, April-June 2021: 585-598 (http://ijcs.ro).

Judul Artikel: GENETIC DIVERSITY AND NETWORK WITHIN DESSERT BANANAS (MUSA ACUMINATA CV. AA AND AAA) INFERRED BY NEWLY DESIGNED MATK MARKER

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp