KKI UNAIR Banyuwangi Diskusikan Ghosting Dalam Perspektif Islam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
KKI UNAIR Banyuwangi Diskusikan Ghosting Dalam Perspektif Islam. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Dalam rangka peringatan momen Maulid Nabi Muhammad SAW, Komikat Kerohanian Islam (KKI) PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi Jumat (22/10) malam menggelar webinar. Mengangkat Tema “Tips & Trik Menyikapi Ghosting Versi Rasulullah Sebagai Sarana Pembentukan Akhlakul Karimah” acara tersebut menghadirkan Ustadz Carlos Abu Hamzah menjadi pemateri.

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, yang artinya syari’at Islam tidak hanya menuntun manusia akan peribadatan saja, namun juga seluruh aspek kehidupan manusia termasuk hubungan antar manusia. Itulah muqaddimah yang disampaikan oleh anggota Divisi Dakwah Bikers Muslim Surabaya.

“Maka sudah sepatutnya, sebagai seorang muslim kita harus menjalani seluruh sendi kehidupan kita seperti apa yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan role model umat Islam,” ujar Dosen Agama Universitas Hang Tuah tersebut.

Fenomena Ghosting mengacu pada seseorang yang secara tiba-tiba menghindar dan menghilang begitu saja tanpa ada kabar seperti hantu (-red). Dalam sudut pandang Islam, banyak yang mengasosiasikan perilaku ghosting ini layaknya memutus tali silaturahmi.

Berkenaan hal itu Ust. Carlos menjelaskan bahwa anggapan tersebut agak kurang tepat. Lantaran makna silaturahmi sendiri mengacu pada menyambung hubungan dengan karib-kerabat karena kata Rahim dalam silaturahmi merupakan konotasi terhadap orang-orang yang memiliki hubungan darah. 

Ia menjelaskan bahwa jika berkenaan dengan menjalin hubungan dengan antar sesama yang tidak memiliki hubungan darah dalam islam disebut silatul ukhuwah.

“Ini yang sering kita salah dalam memaknainya, terkadang mengajak kumpul teman kuliah atau kerja disebut silaturahmi, atau enggan meninggalkan teman yang buruk karena khawatir memutus tali silaturahmi padahal tidak,” ujarnya.

 Ia melanjutkan, dalil berkenaan dengan silatul ukhuwah ada dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 yang artinya “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara”. Hal ini dicontohkan dalam hubungan antar Kaum Muhajirin dan Anshar pada zaman Rasulullah SAW. Ust. Carlos juga menjelaskan bahwa dari ayat tersebut kemudian diwujudkan dengan adanya hak-hak sesama muslim.

“Dimana jika berjumpa ucapkan salam, datang jika diundang, menasehati ketika meminta, saling mendoakan, menjenguk ketika sakit, melayat jenazah jika meninggal dan masih banyak lagi,” ungkapnya. 

“Menurut buku ensiklopedia adab islam, sambungnya, pada bab al-ukhuwah fillah maka terdapat 40 adab dalam menjalin hubungan antar sesama muslim,” tandasnya.

Berdasarkan buku tersebut, dirinya mengasosiasikan bahwa ghosting ini erat kaitannya dengan perilaku Hajr atau memboikot. Ia menerangkan akan ancaman bagi salah satunya menyebabkan tertahannya amal seorang hamba. Hal ini sesuai dengan HE. Imam Malik dalam Al-muwatha 5/1334 yang artinya “Diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya.”

“Bahkan, dalam HR. Ahmad 1793, dijelaskan bahwa orang yang memboikot saudaranya selama satu tahun maka berdosa layaknya menumpahkan darah, naudzubillah,” imbuhnya.

Mengakhiri tausiahnya, Ust. Carlos mengajak untuk kita menggunakan momen maulid nabi ini tidak hanya sebagai ekspresi kecintaan akan hadirnya Rasulullah SAW saja. Namun juga kita harus mengimplementasikan bentuk kecintaan kita melalui sunnahnya.

“Jadi bagaimana menyikapi jika kita di ghosting, tentu kita harus memaafkan, coba ajak dia bicara dan selesaikan kesalahpahaman antara kalian dengan baik, sehingga kalian tidak ada tanggungan ketika hari akhir nanti,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp