Gandeng Banyak Mitra, FKH UNAIR Ajak Bentuk Jejaring Guna Tangani Mamalia Laut Terdampar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rizqi Hapsandi, SPi., dari Kementerian Kelautan dan Perikanan saat memberikan paparan. (Foto: Nuri Hermawan)

UNAIR NEWS — Kejadian mamalia laut yang terdampar di Indonesia memang cukup memprihatinkan. Bahkan, ada sebanyak 52 paus terdampar di pulau Madura pada awal tahun 2021 berdasarkan catatan yang disampaikan oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut.

Tanggap menyikapi hal tersebut, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Pelatihan Teknik Untuk Penanggap Pertama (First Responder) Pada Mamalia Laut Terdampar pada Kamis (21/10/2021). Kesempatan ini sekaligus digunakan untuk menguatkan jejaring dan networking dari berbagai pihak yang hadir dalam menangani kasus mamalia terdampar kedepannya.

Menghadirkan Drh. Ida Ayu Dian Kusuma Dewi, M.VSc., selaku narasumber dari komunitas Indonesia Aquatic Megafauna Flying Vet (I AM Flying Vet). Tujuannya dengan mendengarkan penjelasan dan masukan dari berbagai sisi pihak, termasuk komunitas I AM Flying Vet. mampu mengoptimalisasikan proses pelatihan.

Komunitas tersebut merupakan sebuah asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia yang berada di bawah naungan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Dalam kesempatan itu ia mengatakan bahwa I AM Flying Vet sendiri merupakan sebuah komunitas yang bertugas membantu pemerintah dalam melakukan upaya penanganan medis secara cepat dan tanggap. 

“Penanganan tersebut biasanya berupa pertolongan, penanganan penyakit, investigasi kematian, serta meminimalisir dampak negatif kejadian terdampar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujarnya.

Menyasar pada pernyataan tersebut, upaya pencegahan kejadian terdampar dan sekaligus mengajak FKH UNAIR dalam menjalin kerjasama untuk bersatu dan bersama-sama membantu pelestarian ekosistem laut.

“I AM Flying Vet sendiri saat ini telah berupaya untuk mendalami investigasi kematian dan mengungkap penyebab kejadian mamalia terdampar untuk membuat rekomendasi pengelolaan kejadian mamalia laut terdampar kedepannya,” ujarnya.

Sementara itu Rizqi Hapsandi, SPi., dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan bahwa sebagai informasi, saat ini Indonesia hampir belum memiliki jurnal yang membahas upaya penanganan khusus terhadap kejadian mamalia laut terdampar. Melalui pelatihan dan pemaparan hari ini, dapat menjadi masukan bagi FKH UNAIR untuk menggali lebih banyak dalam riset dan penelitian terkait.

“Sehingga, kedepannya, apabila ada kejadian mamalia laut yang terdampar, kita tidak perlu khawatir dan bingung. Sebab melalui pertemuan dan pelatihan ini, kita bisa segera mewujudkan networking dan upaya penanganan yang tepat,” pungkasnya.

Penulis: Zahwa E. Bella

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp