Disparitas Pelayanan Antenatal Perkotaan-Pedesaan di Asia Tenggara: Studi Kasus di Filipina dan Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh New York Daily News

Salah satu indikator penting pencapaian SDG’s ke 3 adalah kesehaan ibu dan anak. Tetapi sampai saat ini angka Kematian Ibu (AKI) di beberapa negara di dunia masih tinggi, mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas. Data dari WHO tahun 2016 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan AKI tertinggi ke tiga di negara ASEAN setelah Myanmar dan Laos. AKI di Indonesia pada tahun 2017  adalah 177 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Rasio kematian ibu di Indonesia secara bertahap menurun dari 207 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi 177 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Diantara negara-negara di ASEAN, selain ke-3 negara tersebut, angka kematian ibu yang tinggi juga terjadi di Filipina. Rasio kematian ibu di Filipina berada pada 121 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 124 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun sebelumnya. Data di Indonesia dan Filipina menunjukkan adanya tren penurunan secara bertahap namun belum mencapai target SDGs yaitu sebesar kurang dari 70  per 100.000 kelahiran hidup.

Singapore,  Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam adalah Negara ASEAN dengan AKI yang telah mencapai target SDGs. Lima negara tersebut sejak tahun 2013 sampai dengan 2017 menunjukkan trend menurun kecuali Brunei Darussalam. Angka kematian ibu di Singapore, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam pada tahun 2017 berada pada angka 8; 29; 31; 37 dan 43 per 100.000 kelahiran hidup. Data ini memberikan informasi bahwa AKI di Indonesia 6,1 kali lebih tinggi dari Malaysia, dan bahkan 22 kali lebih tinggi dari Singapore. Sementara itu AKI di Filipina 3,9 kali lebih tinggi dari Brunei Darussalam bahkan 15,1 kali lebih tinggi dari Singapore. Dengan rerata penurunan AKI 3-6% setiap tahun, Filipina dan Indonesia masih harus berusaha keras untuk mencapai target SDGs (3).

Penyebab kematian ibu dapat berupa penyebab langsung dan tak langsung. Penyebab utama langsung berupa perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, sepsis, komplikasi persalinan. Perdarahan dan pre-eklamsia/eklamsia menyumbang 43,4% dan 36,9% AKI di Negeria Barat. Similar dengan hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penyebab kematian langsung AKI di Afrika Selatan memiliki kontribusi lebih dari dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan penyebab kematian tidak langsung. Beberapa penyebab tidak langsung AKI antara lain usia, sumber daya manusia yang tidak memadai, keterlambatan dalam mencari perawatan, peralatan yang tidak memadai, hambatan alat transportasi dan keterlambatan merujuk, dan perawatan antenatal yang tidak memadai. Kunjungan antenatal yang rendah dan akses pelayanan  antenal yang tidak merata menjadi salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang perlu mendapat perhatian serius. Sebagian besar kejadian kematian ibu sebenarnya merupakan kematian yang bisa dicegah. Ibu yang seharusnya tidak meninggal tetapi akhirnya meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan memadai.

Antenatal care (ANC) digunakan untuk deteksi dan pencegahan penyebab kematian maternal direct maupun indirect. Studi di Indonesia dengan wilayah Papua sebagai referen menunjukkan adanya kesenjangan pelayanan perawatan antenatal di semua wilayah, kecuali Maluku. Kelompok sosial ekonomi juga memiliki peran dalam meningkatkan kunjungan antenatal dan keterlibatan suami dalam ANC. Semakin baik status sosial ekonomi perempuan di perkotaan semakin besar kemungkinan melakukan kunjungan antenatal dan semakin besar kemungkinan suami terlibat dalam ANC. Studi di Indonesia, Ethiopia, Nigeria menemukan bukti bahwa perempuan yang tinggal di perkotaan memiliki peluang lebih besar melakukan minimal 4 kali ANC dibandingkan perempuan di perdesaan.  Selain itu perempuan di perkotaan yang melakukan minimal 4 kali ANC lebih cenderung melahirkan di fasilitas kesehatan dibandingkan perempuan di pedesaan. 

Hasil penelitian ini menemukan adanya disparitas antar wilayah urban dan rural yang berlaku dalam pemanfaatan ANC di Filipina and Indonesia. Di Filipina wanita yang tinggal di wilayah rural memiliki kemungkinan lebih baik untuk melakukan ≥ 4 kali ANC. Sementara, di Indonesia wanita yang tinggal di wilayah urban memiliki kemungkinan lebih baik untuk melakukan ≥ 4 kali ANC. Disparitas yang terjadi antara wilayah urban dan rural seringkali terjadi sebagai akibat ketimpangan pembangunan diantara dua kategori wilayah tersebut. Kondisi ini berkaitan dengan ketersediaan yang lebih baik di wilayah urban. Sama seperti Indonesia, pemerintah Filipina juga memiliki kebijakan spesifik terkait pembiayaan untuk pelayanan kehamilan dan persalinan. Pemerintah Filipina memberikan insentif dalam bentuk layanan maternal gratis dan hibah tunai. Kebijakan ini dinilai berhasil mendorong ibu untuk pergi ke fasilitas kesehatan untuk perawatan antenatal dan persalinan di fasilitas. Layanan gratis disediakan oleh PhilHealth (asuransi kesehatan sosial negara), sementara hibah tunai diberikan melalui program transfer tunai bersyarat pemerintah dan mitra masyarakat lainnya. Pregnant women di Filipina diberikan perlindungan risiko finansial melalui insentif finansial ini. upaya beberapa pihak di Filipina yang menggerakkan partisipasi komunitas secara sukarela turut menyukseskan upaya mendorong pemanfaatan pelayanan maternal di fasilitas kesehatan.

Meskipun demikian, berbagai upaya untuk menekan kematian ibu masih tetap perlu dilakukan. Diperlukan kebijakan terfokus bila ingin mengurangi disparitas yang terjadi di dua negara ini. Sasaran kebijakan yang akan diintervensi harus spesifik. Berdasarkan hasil analisis dalam studi ini maka sasaran spesifik tersebut adalah wanita berusia muda, wanita yang tidak punya pasangan, Wanita yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, berpendidikan rendah, dan wanita multipara/ grandmultipara.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Link artikel: https://doi.org/10.1186/s12889-021-11318-2

Sumber: Wulandari, R.D., Laksono, A.D. & Rohmah, N. Urban-rural disparities of antenatal care in South East Asia: a case study in the Filipinas and Indonesia. BMC Public Health 211221 (2021).

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp