Departemen Komunikasi UNAIR Kaji Karakter Anak dalam Film Post-Apocalyptic

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mata kuliah Kajian Sinema Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) mengundang akademisi asal Missouri Valley College. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Suasana yang dibangun oleh film post-apocalyptic terasa kontras dengan karakter anak. Meskipun begitu, rupanya tak sedikit film Apocalyptic yang menjadikan karakter anak menjadi peran penting dalam membangun cerita. Pembahasan menarik ini dikaji dalam DECOTA : Film Studies Lecture Series yang digelar oleh mata kuliah Kajian Sinema Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR).

Assoc. Prof. Debbie Olson, akademisi asal Missouri Valley College memaparkan bahwa tokoh anak dalam sinema pasca-kiamat biasanya menggambarkan harapan dan optimisme. “Film pasca-kiamat biasanya mengangkat tema yang berhubungan langsung terhadap keberlangsungan hidup umat manusia di masa depan. Di tengah situasi tersebut, munculnya karakter anak menjadi sebuah harapan yang memberikan kekuatan untuk terus berjuang,” jelasnya.

Pada film Train to Busan (2016), tokoh anak-anak bernama Soo-An digambarkan sebagai peran protagonis yang kemudian melalui perilakunya kemudian menyadarkan ayahnya untuk tidak egois. Soo An menjadi karakter yang memberikan arahan moral, sebenarnya menjadi kontras dengan sifat ayahnya dalam sepanjang film. “Adegan dalam film ini menyoroti kepolosan Soo An yang tidak mementingkan diri sendiri, yang akhirnya menjadi sebuah faktor penting saat ayahnya yang telah tergigit untuk melakukan aksi bunuh diri sebelum menjadi zombie,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang diadakan pada Jumat (15/10) lalu, Debbie juga membahas peran anak dalam film The Girl with All the Gifts yang disutradarai oleh Colm McCarthy. Menurutnya, film ini kompleks dan memiliki narasi berlapis-lapis dalam menyoroti adegan kunci pada masa anak-anak. Sama dengan kebanyakan film, peran anak difungsikan sebagai simbol harapan bagi umat manusia yang dapat bertahan. “Dengan adanya peran anak disini, menggambarkan kiamat justru tidak akan mengakhiri dunia tetapi akan melahirkan kembali apa yang baik dan murni di dunia lama,” sebutnya.

Menutup materi, Debbie menyampaikan bahwa perspektif dari beberapa film yang diangkat dalam materinya hanyalah contoh kecil dari banyaknya film Apocalyptic yang melibatkan anak-anak. “Film ini hanyalah contoh kecil dari banyak film apokaliptik yang ditampilkan, yaitu hubungan khusus yang dimiliki anak-anak dengan kondisi pasca-apokaliptik dengan bencana dan ketakutan akan kematian dan pembusukan, hingga hilangnya semua yang akrab atau kemungkinan berakhirnya umat manusia,” pungkasnya.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp