Pakar UNAIR Ungkap Pandemi Bukan Halangan Bagi Penelitian Filologi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Paparan terkait kemudahan akses naskah kuno di era pandemi melalui beberapa media digital. (Foto: dokumen pribadi)

UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (Basasindo FIB UNAIR) menggelar seminar nasional bertajuk Eksistensi Penelitian Filologi di Masa Pandemi. Secara virtual, seminar tersebut berlangsung pada Kamis (7/10/2021). 

Perwakilan departemen Basasindo UNAIR, Mardhayu Wulan Sari, S.Hum., M.A., menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu dari rangkaian seminar peminatan. Sebagai informasi, bahwa departemen Basasindo UNAIR terdiri dari tiga peminatan yakni linguistik, sastra, dan filologi. Seminar mengenai dua peminatan lain telah diselenggarakan sebelumnya.

Mardhayu juga menuturkan, bahwa filologi sejatinya merupakan ilmu yang identik dengan “terjun lapangan” (interaksi langsung, Red) dengan naskah kuno sebagai objek penelitiannya. Namun begitu, di masa pandemi seperti saat ini interaksi langsung ke lapangan menjadi terbatas dan berpengaruh pada penelitian-penelitian filologi. “Sehingga kami berharap melalui seminar ini, kita masih semangat untuk melakukan penelitian filologi meskipun di tengah keterbatasan yang ada,” tutur Mardhayu.

Dekan FIB UNAIR, Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum berpesan bahwa pandemi bukan halangan untuk penelitian filologi. Menurutnya, pandemi justru memberi potensi kepada penelitian filologi yang lebih baik. 

“Karena di masa pandemi ini ada perkembangan teknologi yang sangat cepat. Banyak naskah-naskah kuno yang dipublikasikan untuk umum, karena disajikan oleh lembaga-lembaga tertentu melalui media digital. Dengan begitu, maka naskah tersebut dapat diakses oleh masyarakat secara luas,” terang Prof. Purnawan.

Sebagai tindak lanjut dari perkataan Prof. Purnawan, salah satu pembicara dalam seminar tersebut yakni Menachem Ali, S.S., M.A.Min., memaparkan bahwa masa pandemi membuatnya dapat menelusuri filologi hingga ke Mesir. “Saya berkomunikasi dengan komunitas naskah khususnya kitab-kitab pesantren, justru di masa yang sangat “sulit” yakni pandemi ini,” ungkapnya.

Dari hasil komunikasi tersebut, dosen yang juga tokoh Agama Islam itu mengatakan bahwa naskah yang ditulis oleh tokoh-tokoh Nusantara (Indonesia, Red) juga diterbitkan di wilayah Mesir. Penerbitan tersebut dilakukan oleh penerbit Mustafa Al- Babi Al Halabi yang termasuk penting dan terkenal. 

Naskah-naskah tersebut ditulis dalam tulisan Arab, namun menggunakan beberapa bahasa di Nusantara. Perpaduan tulisan Arab dan bahasa Nusantara tersebut kemudian dikenal dengan istilah bahasa Jawi. 

“Ada istilah di masing-masing kitab yang diterbitkan di Mesir, yakni Jawi dan kemudian disebutkan nama daerahnya. Misalnya Jawi Sunda, Jawi Madura, dan sebagainya,” imbuh Ali.

Selain itu dalam seminar tersebut, turut hadir dua pembicara lain yang berasal dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan Universitas Indonesia. Keduanya yakni Dr. Junaini Kasdan dan Dr. Munawar Holil. 

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp