Edukasi pada Orang Tua Anak dengan Adiksi Gadget

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh The Asian Age

Teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia dan memberikan banyak manfaat. Data menunjukkan jumlah pengguna smartphone secara global terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebuah survei yang dilakukan pada orang tua di Indonesia menyatakan 90% jenis gadget yang sering digunakan anak usia 4-6 tahun adalah smartphone dan tablet, 11% diantaranya sudah memiliki smartphone atau tablet pribadi, dan 26% anak mulai mengalami adiksi. Orangtua memperbolehkan anaknya menggunakan gadget biasanya untuk pendidikan, hiburan, atau membuat anak menjadi pendiam atau sibuk. Rata-rata anak menghabiskan waktu dengan media digital setiap minggunya antara 6-9 jam per hari. Adiksi gadget adalah aktivitas penggunaan gadget secara berlebihan yang menyebabkan penurunan kondisi psikologis individu (baik mental maupun emosional), gangguan perilaku serta interaksi sosial dan pekerjaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua memiliki peran penting dalam penggunaan gadget secara tepat oleh anak. Sikap dan perilaku orang tua, serta hubungan orang tua anak yang tepat sangat diperlukan. Bagaimana perilaku orang tua sehari-hari dalam menggunakan gadget di sekitar anak, lingkungan rumah yang mereka ciptakan dan penerapan peraturan dalam penggunaan gadget dalam keluarga akan mempengaruhi anak. Mediasi orang tua melibatkan interaksi orang tua dan anaknya tentang penggunaan media termasuk gadget, berdasarkan tiga strategi inti yaitu restriktif, aktif, dan co-use/co-viewing. Mediasi restriktif berfokus pada pengaturan aturan penggunaan media, khususnya mengenai jumlah waktu, jenis konten, konten yang diizinkan, kapan bisa menggunakan internet, permainan apa yang bisa dimainkan, saluran apa yang bisa ditonton. Bisa juga disertai dengan bentuk disiplin atau peraturan tegas dimana penggunaan gadget diberikan sebagai imbalan atas perilaku yang baik dan dilarang jika perilaku tersebut buruk. Meminimalisir penggunaan gadget agar anak memiliki waktu untuk bermain secara langsung. Orang tua dapat mencegah penempatan media di kamar tidur anak, tidak menggunakan gadget setengah jam sebelum tidur, dan membatasi total waktu menonton atau menggunakan gadget 1-2 jam per hari, memastikan waktu luang keluarga dari media atau gadget. Mediasi aktif berarti orangtua secara aktif mendampingi anak dan berdiskusi ketika anak menggunakan gadget. Co-viewing/co-use adalah tindakan duduk di ruangan yang sama dengan orangtua saat menggunakan gadget, menonton atau bermain dengan media dengan anak-anak, tanpa membahas jumlah waktu atau jenis konten media dengan menggunakan media pendekatan relasional untuk meningkatkan interaksi dua arah, membangun hubungan orang tua anak, saling mendukung, dan berbagi kesenangan. Selain tiga mediasi tersebut, orangtua juga dapat menggunakan perangkat lunak atau alat teknis yang ada untuk menyaring, membatasi, dan memantau aktivitas online anak-anak.

Kurang kehangatan emosional dari orangtua, kurangnya komunikasi dalam keluarga, kurangnya pengawasan dan penolakan, ataus sebaliknya terlalu banyak keterlibatan orang tua serta hukuman dari orangtua juga berisiko adiksi gadget. Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua juga dapat berpengaruh terhadap risiko adiksi gadget pada anak. Jenis pola asuh demokratis cenderung lebih memperhatikan konten online anaknya daripada jenis pola asuh lainnya. Pola asuh otoritatif dan lingkungan keluarga yang aman mengurangi risiko kecanduan internet. Hubungan kelekatan orangtua anak yang lemah juga berisiko meningkatkan adiksi gadget.

Selain edukasi kepada orangtua tentang bagaimana peran orangtua dalam penggunaan gadget oleh anak dan pola asuh apa yang tepat untuk mencegah adiksi gadget, orangtua dapat memilihkan mainan atau permainan alternatif untuk anak sehingga dapat mengurangi risiko adiksi gadget. Berbagai jenis mainan yang tersedia di pasaran menuntut orang tua untuk memilih mainan yang tepat untuk anak. Kreativitas dalam bermain juga diperlukan untuk membantu tahapan kognitif anak. Orang tua dapat memilih mainan dengan bijak, tidak harus yang terbaru atau yang mahal, namun dapat mendorong anak untuk aktif secara mental dan fisik. Mainan yang paling mendidik adalah mainan yang menumbuhkan interaksi antara pengasuh dan anak dalam hubungan yang saling mendukung, tanpa syarat, tepat, aman dan terjangkau. Mainan dapat memfasilitasi perkembangan kognitif, interaksi bahasa, permainan simbolik dan imitasi, pengendalian masalah, interaksi sosial, dan aktivitas fisik pada anak. Mainan elektronik tidak dapat berinteraksi anak dengan lingkungan dan interaksi orang tua. Setiap permainan juga dapat digunakan dengan cara yang berbeda tergantung pada usia, kebutuhan, kemampuan, dan minat anak. Permainan tradisional yang banyak terdapat di Indonesia dari berbagai daerah cukup efektif sebagai alternatif kegiatan bermain anak dan sebagai modalitas manajemen pada anak dengan adiksi gadget.

Penulis: Ina Dewi Ardiyani, dr, DR. Yunias Setiawati, dr, Sp.KJ(K)

Informasi detail dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/JBE/issue/view/1593

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp