Selenggarakan International Graduate Student Conference on, FF UNAIR Dorong Mahasiswa S3 Publikasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sesi Diskusi Plenary Session IGSCPS 2021 pada Selasa (05/10/2021). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan International Graduate Student Conference on Pharmaceutical Sciences (IGSCPS) 2021 pada Selasa (05/08/2021). Lebih dari 100 partisipan mengikuti konferensi daring yang disiarkan melalui platform zoom meeting tersebut

Pada kesempatan tersebut, hadir enam orang narasumber dari berbagai negara yaitu, Assoc. Prof. Amirali Popat, Ph.D dari Queensland University, Australia, Assoc. Prof. Surakit Nathisuwan, PharmD, BCPS dari Mahidol University, Thailand, Assoc. Prof. Dr. Najihah Mohd. Hashim dari Universiti Malaya, Malaysia, Prof. Fumitaka Fujita dari Osaka University, Jepang, Prof. Dr.apt., Siswandono, MS., dan Prof. Dr. apt. M. Yuwono, MS. dari UNAIR. Keenamnya memaparkan materi berbeda mulai dari analisis kefarmasian, teknologi kefarmasian, penemuan obat hingga pengobatan komplementer dan alternatif yang tengah berkembang di dunia kefarmasian, khususnya di negara masing-masing.

Berhasil ditemui oleh tim UNAIR NEWS, Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si. selaku Ketua Pelaksana IGSCPS 2021 mengatakan, IGSCPS 2021 merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Prodi S3 Ilmu Farmasi FF UNAIR sebagai wadah yang mempermudah mahasiswa melakukan publikasi dengan melakukan Oral and e-Posters Presentations. Namun, ia menegaskan bahwa acara ini tidak wajib diikuti oleh mahasiswa S3. Ia juga tidak membatasi, bila mahasiswa S2 maupun S1 ingin ikut berpartisipasi. 

Mengusung tema “Recent  Update In Pharmaceutical Research For Transforming Global Health Medicine” FF UNAIR bermaksud menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi perkembangan temuan obat baru dan kesehatan pada masa yang akan datang. 

“Penyakit yang manusia alami terus berkembang seiring berjalannya waktu, hal itu perlu ditunjang dengan perkembangan obat dan kesehatan. Tentu tidak lepas dari peran teknologi terus maju dan berkembang,” tuturnya.

Ia menambahkan, permasalahan pada obat tidak hanya berhenti pada obat itu sendiri, tetapi ada masalah terkait penyimpanan, distribusi, harga, budaya dan banyak hal lainnya. Maka dari itu, materi yang dibawakan tidak hanya berfokus pada pengembangan obat, tetapi juga cara menjaga mutu dari obat itu sendiri.

“Saat ini obat sudah dapat dirancang melalui komputer. Secara teoritis, dapat menjadi bahan perbandingan dengan obat yang telah ada. Memprediksi efek samping atau efek terapinya. In silico atau docking, keduanya sama-sama merangsang membangun obat yang lebih bagus,” jelasnya.

Guru besar FF UNAIR itu mengharapkan mahasiswa S3 FF UNAIR dapat menjadi leader dalam pengembangan obat yang masih belum termanfaatkan secara maksimal, tidak hanya dalam bidang keilmuan, tetapi juga aspek-aspek yang mendukungnya. Selain itu, Prof. Djoko juga berharap acara tersebut ke depannya tidak hanya menarik minat farmasi, tetapi juga kedokteran, kesehatan masyarakat, hingga sains dan teknologi.(*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp