Gandeng 10 MI, Departemen Sasindo Gelar Pelatihan Penulisan Kreatif di Blitar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia (Sasindo) kembali menjalankan tri dharma perguruan tinggi ketiga, yakni Pengabdian Masyarakat (Pengmas). Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, pengmas yang sudah berjalan sejak 13 tahun itu bertempat di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Kali ini pengmas dilakukan dengan memberikan pelatihan bertajuk “Pelatihan Penulisan Kreatif sebagai Peningkatan Kompetensi Menulis di Masa Pandemi bagi Siswa-Siswi di Desa Kemloko”.

Dengan menggandeng 10 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di bawah naungan Ma’arif Kecamatan Nglegok, Dra. Dwi Handayani, M.Hum., selaku ketua panitia mengutarakan bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan rasa cinta literasi dan nilai kreatif pada siswa di masa pandemi.

Sementara itu, dalam sambutan Wadek III  FIB UNAIR saat membuka acara, Lina Puryanti, S.S., M.Hum., Ph.D., berharap pelaksanaan pengmas di Kemloko untuk tahun berikutnya bisa melibatkan departemen lainnya di FIB.

“Selain itu, saya juga menawarkan pelatihan ini nantinya bisa berfokus membahas tulisan yang berkaitan dengan warisan dunia. Kemudian, tulisan anak-anak itu bisa dibukukan, kan menarik ya karena biasanya tulisan berbau budaya itu yang menulis adalah oleh orang dewasa,” ucapnya dalam kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (2/10/2021).

Selanjutnya, pelatihan penulisan dimulai dengan pemaparan dari Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum., tentang penulisan puisi. Menurut dosen yang biasa disapa Ida itu, bekal utama dalam menulis puisi adalah kepekaan. Kepekaan terhadap segala hal yang ada di sekitar, lanjut Ida, kemudian bisa dituliskan menjadi sebuah puisi menggunakan salah satu dari tiga model penulisan. Ketiganya yaitu model ‘Aku Ingin’ yang menulis puisi berdasarkan keinginan, model ‘Jika Aku Menjadi’ yang menulis berdasarkan imajinasi menjadi sesuatu lain, dan model ‘Warna’ yang menulis puisi berdasarkan warna kesukaan.

“Menulis puisi itu tidak hanya sekedar kegiatan menulis, tapi juga proses membaca. Sebelum menulis puisi, kita bisa mengamati dan membaca segala hal untuk mendapatkan ide,” terang Ida.

Tidak hanya belajar nulis puisi, namun siswa-siswi MI tersebut juga belajar bagaimana menulis cerpen. Bramantio, S.S., M.Hum., menyebutkan adanya beberapa langkah dalam membuat cerita yang simpel. Langkah pertama yaitu harus adanya kejadian, seseorang, atau sesuatu. Selanjtnya ialah adanya keinginan untuk menceritakan kembali hal tersebut dengan mengingat-ingat dan mencatat peristiwa itu. Kemudian, penulis bisa menuliskan cerita berdasarkan kejadian tersebut dengan menambahkan hal-hal lain yang tidak ada di dalam ingatan.

“Inilah yang membedakan antara menulis laporan dan cerita. Menulis cerita itu tidak harus sama dengan kejadian real, kita bisa menulis apapun sesuai dengan imajinasi yang ada,” jelasnya.

Terakhir, Bram – begitu sapaan karibnya – menutup kegiatan dengan memberikan enam gambar yang ditampilkan secara bergantian dan meminta siswa-siswi untuk praktik menulis cerita kreatif berdasarkan gambar yang ada. 

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp