Daya Antibakteri Ekstrak Daun Ungu dengan Etanol 70% dan 96% terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Periodontitis merupakan peradangan jaringan penyangga gigi yang cukup banyak diderita masyarakat. Periodontitis perlu diterapi yang bertujuan mengeliminasi infeksi dan inflamasi sehingga tercapai jaringan periodontal yang sehat. Prognosis Periodontitis bila tidak diterapi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal, resorbsi tulang alveolar yang pada akhirnya akan berdampak pada hilangnya gigi secara prematur, serta menimbulkan permasalahan estetik. Oleh karena itu, terapi periodontal non surgical digunakan untuk membantu mengontrol penyakit periodontal (gingivitis dan periodontitis) seperti patient self care, scaling, dan root planing serta menggunakan bahan topikal kimia. 

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan dan mudah didapatkan adalah Graptophyllum pictum (L)Griff. atau biasa disebut daun wungu. Daun wungu memang belum terlalu banyak dikenal masyarakat sebagai tanaman obat, karena lebih banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Ekstrak daun wungu berkhasiat menghambat pembengkakan dan menurunkan permeabilitas membran bakteri. Pada pengobatan tradisional, daun wungu digunakan untuk pengobatan terhadap luka, bengkak, borok, bisul, dan penyakit kulit.Ekstrak daun wungu mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, dan tanin yang berperan sebagai antibakteri, yang memberikan efek antibiotika natural yang terkuat dan berfungsi menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit, meredakan radang, mengikat zat racun dan memperkuat sistem imunitas tubuh. Senyawa daun wungu didapatkan dengan  proses ekstraksi. Beberapa pelarut yang berbeda dapat digunakan termasuk air, etanol, metanol, asetonitril, dietil eter, dan aseton. Pelarut etanol dipilih berdasarkan metode yang distandarisasi oleh BPOM. Ekstraksi suatu bahan yang akan digunakan sebagai obat harus mengandung etanol sebagai pelarutnya dan karena etanol mudah menguap, murah, mudah didapat, dan cukup aman. Pelarut etanol memiliki kemampuan melarutkan hampir semua senyawa yang ada pada sampel, baik polar maupun non polar. 

Cara ekstraksi pada daun wungu adalah mengeringkan serbuk pada suhu ruangan, sebelum dilakukan ekstraksi, pelarut etanol didestilasi untuk memurnikan pelarut. Sebanyak 300 gr serbuk daun wungu dimaserasi dengan menggunakan etanol 70% dan 96% sebanyak 3,6 L dengan metode ultrasonik selama 2 menit dan diulangi 3 kali kemudian disaring dan ekstrak dipisahkan dengan residu. Ekstrak yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan dipekatkan dengan vakum rotavapor, sehingga diperoleh ekstrak kental, ekstrak kental kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C. Untuk identifikasi profil ekstrak etanol 70% dan 96% diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Uji daya hambat ekstrak etanol 70% dan 96%  daun wungu terhadap pertumbuhan bakteri A. actinomycetemcomitans menggunakan metode dilusi dan difusi. Hasil uji dilusi didapatkan  ekstrak daun wungu dengan pelarut etanol 70% dan 96% sama, yaitu  konsentrasi 6,25% dan 3,125%  sebagai Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) dan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Konsentrasi ekstrak daun wungu sebesar 6,25% dan 3,125% yang telah ditentukan sebagai KBM dan KHM diujikan daya antibakterinya terhadap bakteri A. actinomycetemcomitans dengan mengukur diameter zona hambat. Hasil uji menunjukkan pada kedua ekstrak etanol daun wungu tersebut terdapat senyawa antibakteri dengan kekuatan yang sama. Pada hasil uji difusi menunjukan terjadinya penghambatan yang berbeda antara ekstrak daun wungu dengan pelarut etanol 70% dan 96%.Penghambatan pertumbuhan bakteri oleh ekstrak daun wungu berasal dari aktivitas senyawa bioaktif yang terlarut. Berdasarkan prinsip ekstraksi bahwa penarikan suatu senyawa didasarkan pada kepolarannya. Etanol 70% dapat menarik senyawa-senyawa baik polar ataupun non polar seperti senyawa alkaloid, saponin, tanin, steroid, dan flavonoid. Adapun ekstrak dengan pelarut etanol 96% dapat mengekstraksi senyawa dari golongan alkaloid, flavonoid, steroid, dan tanin. Perbedaan aktivitas antibakteri ini dikarenakan pada ekstrak etanol 70% lebih polar daripada 96%, sehingga zat yang bersifat antibakteri lebih sedikit tertarik pada ekstraksi dengan etanol 96%. Penarikan senyawa yang lebih baik terdapat pada etanol 70% sehingga yang memberikan daya hambat yang terbaik adalah etanol 70%. Dari hasil pengujian daya hambat ekstrak daun wungu terhadap bakteri A. actinomycetemcomitans didapatkan bahwa ekstrak etanol 70% memiliki aktivitas zona hambat sebesar 12,88 mm sedangkan dengan ekstrak etanol 96% memiliki aktivitas zona hambat sebesar 10,36 mm.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, konsentrasi 3,125%ekstrak daun wungu dengan etanol 70% dan 96% merupakan KHM dan konsentrasi 6,25% merupakan KBM. Daya hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak etanol daun wungu dengan etanol 70% lebih besar dari pada dengan etanol 96%.

Penulis : Prof. Dr. Tuti Kusumaningsih drg.,MKes , Sidarningsih drg.,MKes

Informasi dan detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di : 

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/07/10-D20_1304_Mohammed_Ahmed_Aljunaid_Indonesia.pdf

Antibacterial Differences Effect between Purple Leaves (Graptophyllum Pictum (L) Griff.)

70% And 96% Ethanol Extract Against Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Bacteria.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp