“Medicaltourism.id” Besutan Dosen UNAIR Siap Penuhi Kebutuhan Wisatawan Medis di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV. (tengah) menunjukkan platform digital besutannya. (Foto: Nuri Hermawan)

UNAIR NEWS – Dewasa ini warga Indonesia menjadi penyumbang terbesar wisatawan medis yang berobat ke luar negeri.  Berangkat dari hal itu, dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV., selaku Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR meluncurkan sebuah  Platform Digital yaitu layanan yang menghubungkan ekosistem wisata dan industri medis bernama Medicaltourism.id di Novotel Samator Surabaya pada Senin (27/9/2021).

Dihadapan awak media, dr. Niko menjelaskan bahwa Medical Tourism Indonesia hadir untuk membantu memfasilitasi dan mempromosikan pariwisata serta medis secara simultan. Hal tersebut, sambungnya, menggunakan konsep “end to end’’,  yang artinya melayani wisatawan medis mulai penjemputan sejak di bandara, kesediaan akomodasi, dan pengantaran ke fasilitas medis serta trip wisata pemulihan hingga kembali tempat asal.

dr. Niko yang juga CEO Medicaltourism.id menyebutkan data dari IMTJ ( International Medical Tourism Journal) bahwa setiap tahunnya kurang lebih sekitar 3 juta orang mengeluarkan biaya kurang lebih 100 triliun rupiah untuk berobat ke luar negeri. Ia menilai kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis di Indonesia. Masyarakat, lanjutnya, enggan memilih lantaran minimnya transparansi harga, teknologi yang kurang memadai, dan lain sebagainya.

‘’Padahal Indonesia memiliki banyak dokter-dokter hebat dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya. Hal itu sangat disayangkan jika tidak dimaksimalkan, jadi ya Medicaltourism.id ini sebagai pemantik menumbuhkan rasa nasionalisme warga terhadap produk bangsa, dalam hal pelayanan kesehatan,’’ ucapnya.

Selanjutnya, dr. Niko juga memaparkan bahwa melalui filosofi logo startup Medicaltourism.id yang berbentuk penta helix itu, bermakna mengajak semua  elemen,  baik  pemerintah, akademisi, swasta, komunitas & media untuk memperbaiki sektor ekonomi dan kesehatan bersama. dr. Niko mengaku sengaja belum menggandeng semua rumah sakit.

“Sebab menurutnya lebih baik pelan-pelan sedikit demi sedikit daripada harus semua tapi beberapa ada yang kurang siap,” tandasnya.

Pada akhir, dirinya menyadari bahwa strategi dalam menjalankan startup juga sangat tricky dan penuh presisi. Tidak profit oriented. Namun, tentang bagaimana menyeimbangkan, mengakrabkan market melalui pendekatan persuasif, dan pendekatan teknologi. Contoh konkretnya dengan memasukkan konten-konten kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di sosmed maupun dalam aplikasi tersebut.

Meskipun istilah medical dan tourism berdampingan. dr. Niko menambahkan bahwa pariwisata sebagai pelengkap utama untuk mempercantik sisi psikis pasien saat masa penyembuhan dan kesehatan masih menjadi prioritas utama. Sebagai penutup, dr. Niko meyakinkan bahwa Indonesia mulai berbenah menjadi lebih baik.

‘’Kita harus bangga dengan produk Indonesia, melalui startup ini, ekonomi Indonesia bisa maju lagi. Dari Surabaya untuk Indonesia serta dunia,’’ pungkasnya.

Penulis: Viradyah Lulut

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp