Tips Prof Zuli Menulis Artikel Ilmiah dalam Webinar Himalingua

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., memaparkan beberapa tips bagaimana cara menulis artikel atau penelitian yang sesuai dengan retorika internasional. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Sudah menjadi patokan tersendiri bahwa dalam menulis suatu penelitian kita perlu menyajikan isi pembahasan sedalam dan sebaik mungkin sebelum dikirimkan untuk publish jurnal. Selaras dengan hal itu, dalam kegiatan webinar bertajuk “Scopus: Conference on Linguistics”, Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., memaparkan beberapa tips bagaimana cara menulis artikel atau penelitian yang sesuai dengan retorika internasional berdasarkan struktur IMRD.

Tiga Unsur Penting

Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh HIMA Lingua bersama Prodi Magister Ilmu Linguistik, pihaknya menyebut adanya tiga unsur penting pada penulisan karya ilmiah. Pertama, seorang peneliti harus memiliki disciplinarity atau pemahaman terhadap topik yang akan ditulis.

“Peneliti harus paham apa yang akan dibahas, bisa menunjukkan pemahaman itu melalui background, penyajian data, serta pembahasan yang mendalam,” terangnya dalam kegiatan yang diadakan pada Rabu (25/09/2021).

Unsur kedua menurut Prof. Zuli – begitu sapaan akrabnya – adalah adanya daya kritis terhadap perkembangan dialog keilmuan yang dibahas. Selanjutnya, unsur terakhir adalah positionality atau pengambilan posisi dalam dialog keilmuan. Maksudnya adalah peneliti mampu mengidentifikasi  hal apa saja yang kurang dalam penelitian sebelumnya untuk kemudian dirinya menentukan posisi apa yang harus dilakukan.

“Peneliti harus tahu posisinya untuk menentukan langkah, apakah dia akan melengkapi penelitian sebelumnya, membahas dengan metode berbeda, atau hanya sekedar mengulang penelitian,” jelasnya.

Penulisan Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri sering kali peneliti hanya memberikan definisi konsep, menyebutkan hal-hal positif, dan tidak menyebutkan gap serta originality dari penelitian yang terdahulu dalam latar belakangnya. Menurut Prof. Zuli, hal itu justru bisa menjadi kekurangan tersendiri dalam suatu penelitian.

Dalam hal itu, pihaknya menjelaskan beberapa dalam menulis latar belakang yang baik. Pada bagian pertama, Prof, Zuli menyebut bahwa peneliti harus memantapkan fokus kajiannya dengan menunjukkan bahwa penelitiannya itu penting, menarik, ada masalah, dan relevan. Selanjutnya, peneliti harus berani mengidentifikasi gap dengan memperlihatkan celah pada penelitian sebelumnya.

“Setelah ditemukan celah, kalian harus meresponnya dengan memaparkan tujuan dan struktur penelitian kita,” imbuhnya.

Pencarian Sumber Referensi di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 seringkali menjadi alasan seseorang kesulitan menemukan buku-buku referensi dalam menulis. Menanggapi hal itu, Prof . Zuli menjelaskan bahwa buku bukanlah sumber utama untuk mendapatkan referensi. Pihaknya justru menyatakan bahwa jurnal-jurnal penelitian lebih up to date dibandingkan buku untuk dijadikan sebagai sumber referensi. Dia menyebutkan adanya dua situs yang bisa menjadi rujukan peneliti, yakni Connected Papers dan open Knowledge Maps.

“Buku itu buku digunakan untuk memahami konsep dan pengetahuan teori di dalamnya tidak selamanya berisi pengetahuan terbaru. Jadi, saya merekomendasikan kalian untuk lebih sering membaca jurnal-jurnal penelitian,” pungkasnya.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor  : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp