Usung Tajuk Sastra Interdisipliner, Basasindo UNAIR Hadirkan Para Ahli

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompasiana

UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga (Basasindo UNAIR), menggelar seminar nasional bertajuk Membaca Sastra Melalui Perspektif Interdisipliner. Melalui ruang virtual yakni Zoom Meeting, acara tersebut dilaksanakan pada Kamis (23/09/2021). 

Sebagai pembicara, hadir tiga profesor yang menjelaskan sastra dari berbagai macam sudut pandang atau perspektif. Ketiganya yakni Prof. Madya Dr. Mohd. Nor Shahizan Ali dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil dari Universitas Gajah Mada, serta Prof. Dr. I.B Putera Manuaba, M.Hum dari Universitas Airlangga. 

Prof. Madya Dr. Mohd. Nor Shahizan sebagai pembicara pertama memaparkan terkait hubungan sastra dengan komunikasi visual. Prof. Shahizan melihat bagaimana sebuah sastra dituangkan dalam ide-ide visual atau hal yang dapat dilihat melalui gambar-gambar. 

“Visual dan sastra memiliki kesamaan konsep yakni harus dapat dipercaya sebagai sebuah kenyataan. Pada karya sastra, dapat menggunakan penceritaan terkait suatu hal secara mendalam. Begitu juga dengan visualisasi, kita dapat menggunakan segala hal yang mendukung objek gambar utama agar terlihat lebih alami,” tuturnya.

Selain itu, ditambahkan oleh Prof. Shahizan, bahwa perkembangan teknologi digital juga menjadi peran penting bagi visualisasi karya sastra. Menurutnya, sastra dapat menjadi bahan utama bagi pembuatan konten digital dalam media sosial. 

“Suatu karya sastra dapat kita unggah untuk menjadi konten digital dan kemudian tersebar kepada khalayak. Itulah yang menjadi kelebihan pembelajar sastra dalam era digital saat ini,” sambung Prof. Shahizan.

Pembicara kedua, yakni Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. Prof. Heddy kemudian menjelaskan mengenai Sastra melalui sudut pandang antropologi. Menurutnya, bahwa antropologi juga dapat membicarakan mengenai kajian sastra.

“Antropologi melihat sastra sebagai bagian dari unsur kebudayaan. Hubungan sastra dengan unsur kebudayaan tersebut dapat berupa kausalitas (sebab-akibat, Red), resiprokal (timbal-balik, Red), fungsional (berdasarkan fungsinya, Red), transformasional (perubahan, Red), dan sebagainya. Hal itu bergantung pada penggunaan sudut pandang dalam menganalisis kaitan sastra dengan unsur-unsur budaya,” papar Prof. Heddy. 

Sebagai pembicara terakhir, hadir Prof. Dr. I.B Putera Manuaba, M.Hum yang memaparkan mengenai kedudukan sastra dalam kehidupan manusia. Melalui pemaparannya, guru besar FIB UNAIR tersebut menjelaskan bahwa semua manusia membutuhkan sastra. 

“Pada dasarnya manusia itu homo fabulans atau makhluk bercerita. Penceritaan kemudian menghasilkan komunikasi. Selanjutnya, komunikasi yang tertata dengan baik disebut sebagai bersastra,” terangnya.

Prof. Putera juga menerangkan, bahwa sastra merupakan produk dari budaya manusia. Untuk itu, setiap manusia membutuhkan sastra guna membangun dunianya melalui budaya.

Sastra juga sebagai kristalisasi nilai pengalaman hidup manusia yang terdokumentasikan. “Karena sastra bisa dipakai sebagai dokumen kehidupan manusia, apabila merupakan karya yang monumental. Namun pada dasarnya inti dan nilai kehidupan manusia termaktub pada sastra, sehingga sastra perlu dibaca untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan yang ada atau pernah ada,” jelas Prof. Putera. 

Terakhir, sastra sebagai sebagai teks yang terbuka dan kompleks. “Sastra dapat dikaji oleh siapapun dalam bidang ilmu yang beragam (interdisipliner, Red),” terang dosen alumni pascasarjana UNAIR tersebut.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp