Waspada Long Covid-19, Gejala Sisa Virus Corona pada Pasien

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

UNAIR NEWS – Pada beberapa kasus virus Covid-19, pasien masih merasakan beberapa gejala, sekalipun telah dinyatakan negatif dari virus SARS-CoV-2. Kondisi tersebut kemudian dikenal dengan istilah long Covid-19, bila gejala sisa sampai melebihi 3 bulan. 

Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP selaku dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menyebut, bahwa long Covid-19 sebagai gejala sisa dari virus Covid-19. “Long Covid-19 itu berarti pasien sudah sembuh dari Covid-19 namun masih memiliki tanda atau gejala sisa virus tersebut,” ungkapnya.

Sambung dr. Alfian, bahwa long Covid-19 dapat terjadi di pernapasan. “Misalkan keluhan pada pernapasan diantaranya masih batuk, masih berdahak dan juga sesak, itu bisa muncul,” lanjut dr. Alfian.

Selain masalah pernapasan, dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR tersebut juga mengatakan bahwa pasien long Covid-19 dapat mengalami keluhan pada organ lain. Sebagai contoh yakni badan yang terasa capek, lemas, rasa sakit kepala, diare dan lainnya. Meskipun demikian, intensitasnya bisa jauh lebih berkurang dibandingkan ketika pasien masih terjangkit virus corona. 

dr. Alfian memaparkan bahwa pada long Covid-19 dapat terjadi sebanyak 1/3 sampai 2/3 kasus. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding gejala sisa pada wabah SARS dan MERS.

“Di beberapa jurnal dan literatur disebutkan bahwa penyebab long Covdi-19 berhubungan dengan faktor usia. Pada pasien penyintas Covid-19 yang usianya tua, misalnya 80 tahun. Dia masih bisa bergejala (long COVID-19, Red),” ungkap dr. Alfian. 

Selain itu, lanjut dr. Alfian, long COVID-19 berhubungan dengan derajat berat-ringannya pasien ketika dirawat karena Covid-19. Terutama apabila pasien memiliki komorbid termasuk terjadinya pneumonia pada paru.

“Risiko lain yakni pada pasien yang sempat dirawat di ICU dan mengalami badai sitokin. Kondisi tersebut dapat merusak paru dan sel lainnya,” tutur dr. Alfian

dr. Alfian mengatakan, bahwa sel-sel pasien dapat rusak meskipun hasil swabnya sudah negatif. Sel yang sudah rusak tidak bisa kembali sempurna dan menyisakan gejala pada penyintas Covid-19.  

Terakhir, dr. Alfian juga menyebut bahwa resiko long Covid-19 dapat terjadi pada pasien dengan riwayat peminum alkohol. “Karena ya sebelum Covid-19 dia mengonsumsi alkohol yang merusak sel tubuh. Fungsi liver, paru, dan organ-organ lain dapat terganggu,” terang sekretaris satuan tugas (satgas) COVID-19 Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) tahun 2020 tersebut.

“Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah long Covid-19 di antaranya adalah pasien tidak malas bergerak sesuai dengan kemampuan meskipun saat di ruang isolasi rumah sakit, rutin konsumsi obat yang diberikan dokter, menghindari stres dan kecemasan, serta terus berdoa kepada Tuhan. Setelah pasien pulang dari rumah sakit, dia harus tetap sedapat mungkin melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, melakukan rehabilitasi fisik, berjemur dipagi hari, konsumsi multivitamin dan suplemen, terus berpikir positif, serta berdoa,” tutup dr. Alfian.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp