Peranan Bank UMKM Jatim dan Wirausahawan Sanitasi dalam Wujudkan Indonesia Bebas BABS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemimpin Subdivisi Kredit Bank UMKM Jatim Anang Suwitoyo, SE., M.Ak., CFrA (kanan) saat menyampaikan peranan Bank UMKM Jatim pada program sanitasi.

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) selalu berupaya untuk meningkatkan kolaborasi dengan para mitra agar memberikan manfaat yang lebih luas terhadap masyarakat, termasuk program untuk sanitasi. Dalam rangkaian kegiatan Webinar Series 1, UNAIR berkolaborasi dengan UNICEF dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur turut mengundang Pemimpin Subdivisi Kredit Bank UMKM Jatim dan Wirausahawan Sanitasi Nganjuk.

Pemimpin Subdivisi Kredit Bank UMKM Jatim Anang Suwitoyo, SE., M.Ak., CFrA menuturkan bahwa Bank UMKM Jatim telah hadir di 32 kabupaten/kota di Jatim. Bank UMKM Jatim tersebar dari ujung timur hingga ujung barat Jatim mulai dari Banyuwang, Pacitan, hingga Madura.

“Sebagai bentuk layanan jasa keuangan, kami menyediakan produk dan layanan berupa tabungan, deposito, penjualan pulsa, dan pelayanan lainnya,” ungkapnya.

Terkait dengan pembiayaan, lanjutnya, ada beberapa pembiayaan yang dikhususkan untuk pembiayaan sanitasi dan penyediaan air minum bagi masyarakat. Bank UMKM Jatim bekerja sama dengan Water.org untuk membuka program kredit di bank yang berbasis masyarakat.

Tujuan dari program kredit tersebut untuk membangun sarana air bersih, pembuatan jamban sehat. Selain itu, dapat digunakan pula sebagai pembiayaan sarana sanitasi serta pembiayaan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi lainnya. 

“Latar belakang kami meluncurkan kredit penyediaan air minum dan sanitasi adalah harapan bahwa suatu hari nanti setiap orang memiliki akses air bersih dan toilet yang layak dan bermartabat,” jelasnya.

Sementara itu, Suyanto, seorang wirausahawan sanitasi menceritakan perjalanannya dari menjadi petani hingga akhirnya sukses menjadi wirausahawan sanitasi dengan berbagai penghargaan. Cerita berawal sejak dia menjabat sebagai ketua desa siaga pada tahun 2007.

Awalnya, Suyanto bermata pencaharian sebagai petani. Hingga akhirnya dia berhasil memberikan kreasi dan inovasi untuk merubah perilaku warga sekitar dan melakukan beberapa pemicuan agar masyarakat dapat menerapkan perilaku hidup yang sehat dan bersih.

“Hasilnya, Alhamdulillah saya berhasil menghentikan perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan, Red) masyarakat satu dusun dalam kurun waktu hanya seminggu,” tuturnya.

Dalam Dusun Tambak yang tempatnya terpencil di tengah hutan tersebut ada sekitar 160 rumah. Kemudian, Suyanto mulai melebarkan sayapnya dengan keberhasilan menghentikan BASBS satu desa dalam waktu 14 hari. Berkat prestasi tersebut, dia memperoleh predikat ODF tercepat se-Asia Pasifik.

 “Kerja sama dengan sanitarian dan Dinas Kesehatan membuat kami terus bersemangat memberikan pemicuan. Di tahun 2007, kami terus bergerak kemudian muncul cetakan membuat WC murah dan bermartabat,” tutupnya. (*)

Penulis :  Sandi Prabowo

Editor  :  Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp