Kuliah Tamu FKp UNAIR Ajak Mahasiswa Ulas Keperawatan Gerontik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Joel Rey Ugsang Acob, RN., M. A., DNsg., Sc pada kuliah tamu Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR, Kamis siang (16/9/2021). (Foto: DOkumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Keperawatan Gerontik adalah suatu layanan profesional yang ditujukan pada klien lanjut usia pada tingkat individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Keperawatan tersebut memberikan perawatan yang optimal bagi lansia agar mereka mampu mencapai kualitas hidup yang baik di masa tuanya.

Lanjut usia adalah periode waktu sebelum kematian dari suatu proses yang tidak mungkin dihentikan oleh perawatan medis, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran dari faktor fisik maupun psikologis. Itulah yang disampaikan Joel Rey Ugsang Acob, RN., M. A., DNsg., Sc pada kuliah tamu Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR, Kamis siang (16/9/2021).

“Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dari sudut pandang asuransi dan rumah sakit, tahap akhir kehidupan dimulai 6 bulan sebelum kematian,” ungkapnya.

Prof. Joel -sapaan karibnya- itu menjelaskan, pada prinsipnya perawatan gerontik merupakan model perawatan interdisiplin yang mendukung pasien dan keluarga dari penyakit yang mengancam jiwa. Perawatan ini bertujuan untuk memberikan layanan dengan kualitas terbaik guna meningkatkan kualitas hidup lansia saat menjelang ajal.

“Gejala paling umum pada lansia dengan kondisi terminal adalah nyeri, mual, sesak napas, penurunan kesadaran, depresi, dan distres spiritual,” tutur dosen Visayas State University, Filipina itu.

Lebih lanjut, ia menuturkan peran perawat disini adalah membebaskan klien dan keluarga dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan kepada klien, sehingga mendorong mereka untuk membuat dan mendokumentasikan keputusannya tentang jenis dan tingkat perawatan medis yang ingin mereka terima.

“Perawat disini tidak berhak sebagai pembuat keputusan, namun semua keputusan ada di pihak pasien dan keluarga, hal itu agar perawat terhindar dari gugatan jika pasien terjadi hal yang tidak diinginkan,” jelasnya pada ruang zoom yang dihadiri 300 mahasiswa FKp itu.

Prof. Joel juga mengungkapkan bahwa perawat harus cakap berkomunikasi dalam situasi menjelang ajal, hal itu dapat dilakukan menggunakan metode SPIKES (Setting, Perception, Knowledge, Emotions, dan Summary). Dalam pengaplikasiannya, metode tersebut membutuhkan kemampuan verbal yang baik dan diperlukan kemampuan untuk merespons reaksi emosional pasien. 

“Menyampaikan kabar buruk pada pasien terminal bukan hal yang mudah, namun dibutuhkan pendekatan dan dukungan emosional,” tuturnya.

Pada akhir, ia menekankan bahwa perawatan spiritual sangat dibutuhkan pada pasien dengan kondisi terminal, karena seringkali kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan yang pada akhirnya jatuh dalam kondisi distres spiritual, dimana pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan.

“Perawat dapat memfasilitasi pasien dengan berdoa dan membacakan kitab. Selain itu perawat juga dapat berkolaborasi dengan pemuka agama dan keluarga untuk melakukan bimbingan spiritual,” tutupnya.

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp