GELIAT UNAIR Gandeng UNICEF Gencarkan Program Triple Eliminasi di Lima Kota di Jatim

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PELAKSANAAN Kegiatan Evaluasi Triple Eliminasi tahun 2019 melalui Zoom Meeting pada Kamis (16/9/2021). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga melalui GELIAT UNAIR dan UNICEF Indonesia bersama lima kabupaten/kota di Jawa Timur melakukan diskusi menyoroti Program Triple Eliminasi. Kegiatan yang digelar melalui Zoom Meeting (16/9/2021) tersebut merupakan bagian dari program kemitraan UNAIR–UNICEF Tahun 2021 yang tertuang dalam Program Cooperation Agreement.

Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S selaku Program Focal Point menuturkan, kegiatan kali ini merupakan agenda lanjutan dari tahun 2019 lalu. Sebelumnya, GELIAT UNAIR bersama UNICEF telah memberikan pelatihan bagi Dinas Kesehatan di Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Dari sana, terdapat rencana tindak lanjut yang dibuat. 

“Pada tahun 2018 dan 2019 GELIAT telah melakukan pelatihan pada bidan-bidan di lima kota tersebut. Hari ini kita melakukan progres tracking rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan tersebut,” ujarnya selama sambutan. 

Triple eliminasi sendiri merupakan gerakan global yang diinisiasi oleh WHO. Dimana fokus utamanya yaitu mengeliminasi transmisi penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B, dan Sifilis dari ibu ke bayi.

Berdasarkan data yang disebutkan Dr Sulvy Dwi dari Dinkes Jatim, pada 2020 masih ditemui 6 persen bayi yang lahir dari ibu positif HIV. Sebanyak 3 persen di antaranya tertular dari ibu positif HIV.

Sementara itu, mengenai Sitilis, Jawa Timur baru berhasil menangani 57 persen kasus pada 2021. Angka itu masih belum maksimal menurut Sulvy. “Yang paling banyak adalah kasus Hepatitis B. Ada lebih dari 4.000 ibu hamil yang kami periksa ternyata positif,” tambahnya.

Nyoman menjelaskan, hasil evaluasi yang dibahas itu selanjutnya akan dianalisis di UNAIR. Berikutnya, hasil juga akan disebar ke daerah-daerah untuk dimodifikasi dan disempurnakan.

“Dampak yang kita harapkan adalah terjadi peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak serta terjadi penurunan kematian ibu dan anak,” tuturnya.

Sedikitnya, kegiatan yang selaras dengan poin ketiga SDGs itu melibatkan sejumlah pihak. Di antaranya, WHO; Dinas Kesehatan Provinsi dan BAPPEDA; Konsultan STI HIV, Dinkes Kabupaten/Kota; Ikatan Bidan Indonesia; dan relawan GELIAT dari mahasiswa dan alumni UNAIR.

Pada akhir, pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak merupakan intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan. Nyoman mengatakan, pihaknya akan menyasar lebih banyak kota/kabupaten. 

“Tahun ini sasaran pelatihan diperluas di Surabaya; Jember; dan Bojonegoro. Kami berharap, teman-teman yang sudah menjalani pelatihan dapat menjadi fasilitator bagi yang lain,” pungkasnya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp