Pakar Psikolog UNAIR Beri Tips Hadapi Quarter Life Crisis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Amartha

UNAIR NEWS – Quarter Life Crisis atau QLC, dapat memicu kekhawatiran, keraguan, dan kebingungan terhadap diri sendiri dalam menentukan arah hidup. Untuk itu, seseorang perlu mengenali dirinya. 

Mendukung tujuan tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga (BEM UNAIR) melalui Kementerian Sosial Masyarakat (Sosma) menggelar webinar bertajuk Hadapi Quarter Life Crisis dengan Mengenali Diri Sendiri. Webinar tersebut termasuk dalam rangkaian kegiatan Health for All Sosma dan digelar secara virtual pada Sabtu (11/09/2021).

Pada kesempatan tersebut, Sosma menghadirkan tiga pembicara yakni Afif Kurniawan, M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi UNAIR), Ni Made Putri Ariyanti, M.Psi., Psikolog (Psychologist Associate at Riliv), serta Haydira Prili Ananza (mahasiswi psikologi Universitas Indonesia dan pencipta konten). Ketiganya memaparkan tips hadapi QLC.

Berpikiran Positif

Afif Kurniawan, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa QLC dapat dihadapi dengan berpikir positif. Berpikir positif menurutnya yakni pemikiran yang kemudian menghasilkan ketenangan dan kebahagiaan. Hal itu dilakukan dengan mengidentifikasi alasan sebuah keputusan.

Afif juga menyambung, bahwa ketika identifikasi alasan tersebut telah ditemukan, maka kita sudah melakukan pemikiran yang positif. “Anda kemudian sudah mereduksi beberapa kemungkinan-kemungkinan untuk mengalami stres berat, karena kita berhasil mengidentifikasi masalahnya apa. Tapi kalau kita gagal mengidentifikasi dan hanya berkutat pada emosi, maka kita akan semakin stres di kemudian hari,” imbuhnya. 

Kemudian ia juga menjelaskan, bahwa semua hal yang kita lakukan berawal dari pikiran, masuk dalam bentuk makna, perkataan, muncul dalam bentuk perilaku, selanjutnya menjadi kebiasaan. “Jadi kalau nanti rekan-rekan mau berhasil menghadapi Quarter Life Crisis dengan baik maka, pastikan semua dimulai dari kemampuan berpikir yang tepat dan mengambil keputusan,” pesannya.

Mengenali Diri Sendiri

Menurut Ni Made Putri Ariyanti, M.Psi., Psikolog, hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi QLC yakni mengenali diri sendiri. “Kenali diri dengan Johari Window, yakni melakukan eksplorasi terhadap diri kita,” paparnya. Johari Window dapat dilakukan melalui beberapa langkah.

Hal pertama yakni open self. Ni Made menjelaskan bahwa kita bisa menulis apapun yang berkaitan dengan diri sendiri dan diketahui pula oleh orang sekitar. “Misalnya temen-temen suka di seni dan orang lain juga tahu, nah temen-temen tulis aja,” jelas Ni Made. 

Selanjutnya yakni hidden self yakni berkaitan dengan diri sendiri, tapi hanya kita yang tahu. “Misalnya seperti hobi yang kita suka, tapi orang lain nggak tahu,” ucapnya.

“Kemudian ada blind self atau hal yang nggak diketahui tentang diri sendiri, tapi orang lain tahu,” lanjut Ni Made. Blind self dilakukan dengan melontarkan pertanyaan kepada orang-orang di sekitar kita terkait diri sendiri. 

Terakhir yakni unknown self. “Sesuatu tentang diri yang tidak terpikirkan oleh kita maupun orang lain, tapi ternyata kita miliki. Kita bisa melakukannya dengan menuliskan ketika mengingatnya,” ungkap alumni Program Magister Psikologi Klinis di UNAIR tersebut. 

Self Love

Terakhir, yakni paparan dari Haydira Prili Ananza. QLC dapat dihadapi dengan melakukan Self Love atau mencintai diri sendiri. 

Self love dapat dilakukan dengan empat cara. Yaitu, menerima diri, menghargai diri, merawat diri, serta mengenali diri.

“Menerima diri yakni menerima kelebihan dan kekurangan kamu,” ucapnya. Karena menurutnya tidak hanya kekurangan diri yang perlu kita perhatikan, namun juga kelebihan diri.

Selanjutnya yakni menghargai diri. “Menghargai diri misalnya kita gagal, gausah terlalu menyalahkan diri sendiri,” terangnya.

Terkait dengan merawat diri, Nanza menyebut bahwa hal itu merupakan proses usaha untuk diri kita sendiri. “Misalnya dengan mempercantik diri, olahraga, dan sebagainya,” jelasnya.

Terakhir yakni mengenali diri sendiri. “Ini tidak instan, karena sampai kapanpun kita berproses untuk mengenali diri sendiri. Karena diri kita dapat berubah-ubah, maka dari itu direkomendasikan untuk menulis jurnal guna mencatat tentang diri kita sendiri,” tutupnya. 

 Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp