Analisis Faktor Resiko Efek Samping Linezolid dalam Upaya Meminimalisir Terjadinya Anemia pada Pasien TB Resisten Obat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Berita

RSUD Dr Soetomo merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk TB dengan Resisten Obat (TBRO) di Indonesia. Pada tahun 2016, kasus TBRO yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo sebanyak 82 pasien. Pengobatan TBRO memiliki jangka waktu yang panjang yaitu 18-20 bulan sehingga memiliki potensi yang besar untuk mengalami efek samping obat, salah satu obat TB yang dikonsumsi oleh pasien TBRO adalah linezolid.

Linezolid memiliki efektivitas yang baik untuk mengeradikasi bakteri TB, namun juga memiliki efek samping yang cukup serius yaitu anemia, pada penelitian yang dilakukan di Cina
efek samping anemia terjadi pada 38,1% pasien, Penelitian lain menyebutkan anemia terjadi  pada 51,5% pasien TBRO yang mendapatkan linezolid. Mekanisme efek samping masih belum diketahui dengan pasti, teori yang berkembang menyebutkan bahwa linezolid dapat menginduksi penekanan sumsum tulang belakang menyebabkan produksi sel darah merah menurun, teori lain menyebutkan linezolid memicu reaksi imun yang menyebabkan rusaknya sel darah merah. Lamanya waktu pengobatan linezolid dalam pengobatan TBRO menyebabkan tingginya tingkat kejadian anemia.

Penelitian terkait analisis faktor resiko efek samping obat merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir tingkat kejadian efek samping. Penelitian ini merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia. Faktor yang diduga berpengaruh dalam kerentanan seseorang terkena efek samping akan dianalisis satu persatu. Dalam terapi TBRO dengan regimen individual, linezolid akan diberikan selama 6 bulan dengan dosis 600 mg/hari. Monitoring kadar hemoglobin dalam darah akan dilakukan selama 6 bulan. Hasil dari penelitian akan menunjukkan presentase tingkat kejadian anemia, tingkat keparahan, waktu munculnya efek samping, serta faktor apa yang paling berpengaruh menyebabkan efek samping. Faktor yang dianalisis diantaranya faktor pasien, obat, komorbid, serta data baseline laboratorium. Harapan kami dengan diketahuinya variabel yang berpengaruh terhadap munculnya efek samping dapat meminimalisisr terjadinya efek samping dengan memodifikasi skenario pendosisan pada pasien.

Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat kejadian anemia sebesar 29% yaitu 27 pasien dari 93 pasien, lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di cina dan korea selatan yang memiliki tingkat kejadian hingga 60%. Hal ini menunjukkan paparan efek samping anemia pada orang Indonesia lebih rendah namun hal ini perlu diuji kembali pada penelitian dengan skala yang lebih besar, 3 pasien diantaranya memiliki tingkat keparahan mengancam jiwa ditunjukkan dengan kadar hemoglobin darah kurang dari 6,5 g/dL. Semuanya muncul dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan sejak linezolid diminum rutin. Ketiga pasien tersebut menjalani rawat inap di rumah sakir dr Soetomo dan diberikan tranfusi darah, dan untuk sementara terapi linezolid dihentikan. Waktu munculnya efek samping anemia memiliki nilai yang bervariasi, yaitu antara 12 hari hingga 243 hari dengan rata-rata 91 hari, dari hasil tersebut dapat kita cermati bahwa kadar hemoglobin dalam darah akan mulai turun sejak 2 minggu pemberian rutin linezolid.

Hasil dari uji statistik menunjukkan faktor obat yaitu dosis per kilogram berat badan (DPKD) dengan nilai potong 11 mg/kg/hari merupakan faktor resiko tunggal anemia dengan resiko 4 kali lebih besar. Yang berarti pasien yang menerima dosis >11 mg/kg/hari memiliki potensi 4 kali lebih besar mengalami anemia daripada pasien yang menerima dosis <11 mg/kg/hari, jika dikonversikan ke berat badan menjadi 54 kg. Teori yang mendukung hal ini menyebutkan linezolid memiliki struktur yang polar sehingga cenderung larut dalam air dan memiliki kadar obat yang tinggi dalam darah, efeknya pada pasien dengan berat badan yang rendah dimana memiliki kandungan air dalam tubuh yang rendah pula maka kadar linezolid dalam darah akan cenderung tinggi dan menyebabkan lebih beresiko menyebabkan efek samping.

Kami merekomendasikan aturan dosis linezolid sebaiknya disesuaikan dengan berat badan pasien. Kami menyarankan pada pasien dengan berat badan dibawah 54 kg untuk menurunkan dosis linezolid menjadi 300 mg/12 jam dimana pada penelitian lain tentang farmakokinetik linezolid menyebutkan memiliki profil keamanan dan efektivitas yang paling optimal. Harapan kami adalah hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menajdi pertimbangan dalam penyusunan pedoman pengobatan untuk pasien TBRO sehingga efek samping obat dapat ditekan serta keberhasilan terapi lebih mudah tercapai.

Penulis: Bambang Subakti Zulkarnain

Link artikel:

https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0468/html

Judul artikel: Hematological side effect analysis of linezolid in MDR-TB patients with individual therapy

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp