Tingkatkan Wawasan Perawat yang Akan Berkarir di Jepang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Prodi Studi Kejepangan FIB Universitas Airlangga pada hari Sabtu (28/8/2021) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) secara online berupa seminar dan workshop. Kegiatan pengmas diketuai oleh Nunuk Endah Srimulyani S.S., M.A., Ph.D selaku ketua prodi dengan tema “Peningkatan Kompetensi Calon Perawat STIKES Ngudia Husada Madura dan Perawat di Bangkalan Madura yang Ingin Bekerja di Jepang melalui Workshop Pengenalan Budaya Kerja Masyarakat Jepang selama Pandemi Covid-19”. Sesuai dengan temanya, seminar dan workshop ini ditujukan untuk para perawat yang ingin bekerja di Jepang.

Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan STIKES Ngudia Husada Madura dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Bangkalan. Sehubungan dengan masih belum meredanya pandemi Covid-19 dan masa PPKM, seminar dan workshop dilakukan dengan media Zoom meeting. Selain dihadiri oleh para calon perawat STIKES Ngudia Husada Madura dan para perawat di Bangkalan Madura, kegiatan juga ditujukan kepada perawat atau calon perawat yang ingin bekerja sebagai perawat atau caregiver di Jepang.

Seminar dan workshop yang dibagi menjadi sesi pertama dan kedua ini dihadiri sekitar 150 partisipan. Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si. dosen Fakultas Keperawatan UNAIR menyampaikan materi perihal peluang dan tantangan perawat Indonesia untuk bekerja di berbagai belahan dunia. Dalam presentasinya, ia memberikan penjelasan mengenai kebutuhan perawat di beberapa negara di dunia.

“Perawat merupakan SDM masa depan yang dibutuhkan dari sektor jasa di seluruh dunia. Pada tahun 2025 terjadi devisit perawat sebanyak 10 juta di dunia, sehingga menjadi peluang dan tantangan bagi perawat Indonesia untuk bekerja secara global,” ucap Joni.

Pembicara kedua, Putri Elsy, S.S., M.Si., dosen Prodi Studi Kejepangan UNAIR menjelaskan alasan Jepang membutuhkan banyak tenaga perawat. Perubahan populasi Jepang dengan menurunnya tingkat kelahiran dan bertambahnya populasi lansia, menyebabkan Jepang kekurangan tenaga perawat.

Putri menyebutkan, kerja sama pengiriman perawat telah ditandatangai antara pemerintah Indonesia dan Jepang dalam skema EPA (Economic Partnership Agreement) pada tahun 2007. Pada tahun 2008 dimulai pengiriman perawat (nurse) yang bekerja di rumah sakit  dan caregiver (perawat lansia) yang bekerja di panti jompo pertama ke Jepang.

Dalam presentasinya yang berjudul “The Aging Society dan Peluang Perawat Indonesia di Jepang” Putri menjelaskan bahwa saat ini Jepang dikenal sebagai negara hyper-aged society dengan populasi lansia sebesar 28,4 persen pada tahun 2019.

“Dengan besarnya jumlah lansia ini, pada tahun 2025 Jepang membutuhkan perawat sebanyak 380.000 orang. Di sinilah tantangan dan peluang Indonesia untuk dapat mengirimkan perawat yang bekerja sebagai nurse  dan caregiver ke Jepang,” ucap Putri.

Ketua Tim Pengmas Nunuk Endah Srimulyani, S.S., M.A., Ph.D memberikan pemaparan materi sebagai pembicara terakhir pada sesi pertama dengan judul “Strategi Pembelajaran Bahasa dan Budaya Jepang untuk Perawat Asing di Jepang”. Dalam paparannya, Nunuk memberikan tips-tips praktikal dalam pembelajaran bahasa Jepang yang dapat langsung dipraktekkan setiap partisipan. Bahasa Jepang merupakan kendala yang dihadapi calon perawat untuk bekerja di Jepang.

Untuk mendapatkan gambaran nyata dan memperdalam pengetahuan partisipan  tentang kerja perawat di Jepang, pengmas kali ini mengundang Ina Titi Sri Wulandari, seorang perawat Indonesia yang saat ini bekerja di Fuke Hospital Jepang. Perawat Ina membagikan pengalamannya bekerja di Jepang dengan judul presentasi “Kiat Menembus Persaingan Ners dan Mengatasi Gegar Budaya dalam Dunia Medis Jepang”. Dalam paparannya, Ina yang sudah tinggal selama 10 tahun di Jepang menjelaskan tantangan dan kiat-kiat supaya bisa lulus ujian perawat di Jepang.

Pembicara terakhir diisi oleh Kazuya Miyamoto dari KMK Ltd., dengan judul “Prosedur Menjadi Nurse dan Caregiver di Jepang”. Pada materi terakhir ini, para partisipan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang diperlukan untuk menjadi nurse dan caregiver di negeri sakura Jepang.

Selain terdiri dari pemaparan materi dari berbagai narasumber yang sesuai di bidangnya, seminar dan workshop ini juga memuat sesi diskusi yang sangat bermanfaat bagi para partisipan maupun pembicara. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh partisipan, pengetahuan dan wawasan dapat semakin bertambah berkat penjelasan yang berasal dari pengalaman para narasumber sendiri. (*)

Penulis: Rizki Hanindia Rasyid

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp