Akademisi UNAIR: Anak-anak Berkebutuhan Khusus Cenderung Miliki Masalah Kesehatan Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PEMAPARAN ahli kedokteran gigi anak Drg. Udijanto Tedjosasongko, PhD., Sp.KGA(K), dalam acara Promoting Dental Health for Children with Special Needs yang dihelat oleh WUACD Universitas Airlangga pada Sabtu (28/8/2021). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih dikenal dengan autisme adalah gangguan perkembangan saraf  yang mempengaruhi kemampuan sosial, komunikasi dan perilaku penderitanya secara signifikan. Pakar Kedokteran Gigi Anak Universitas Airlangga (UNAIR) Drg. Udijanto Tedjosasongko, PhD., Sp.KGA(K) mengungkapkan, anak-anak dengan autisme cenderung punya masalah kesehatan mulut. Penyebabnya beragam, mulai dari kebiasaan mulut yang tidak normal, obat-obatan, hingga konsumsi makanan yang buruk.

“Anak-anak dan remaja dengan autisme biasanya menggunakan obat-obatan yang efek sampingnya berdampak pada gigi. Seperti sakit gigi (Karies gigi, Red), perubahan air liur, perdarahan berkepanjangan dan perubahan rasa,” jelasnya dalam acara Promoting Dental Health for Children with Special Needs yang diinisiasi oleh WUACD Universitas Airlangga (28/8/2021).

Udijanto menjelaskan, melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi adalah bagian yang sangat penting dalam membangun program kesehatan mulut yang baik untuk anak-anak. Tak terkecuali juga pada anak dengan autisme. Artinya, mereka harus pergi ke dokter gigi untuk menjalani pemeriksaan gigi.

Tentu bukan hal mudah. Untuk itu, ia menyarankan beberapa tips. Di antaranya dengan mengajak anak datang ke dokter gigi lebih awal. Melakukan tur berkeliling tempat pemeriksaan gigi yang menyenangkan. 

Selain itu, jangan lupa untuk menginformasikan dokter gigi tentang sensitivitas sensorik anak. Mengajak anak bermain menjadi dokter gigi di rumah juga bisa dilakukan. 

“Temani mereka selama perawatan. Tetap tenang dan santai. Serta usahakan untuk selalu ke dokter gigi yang sama,” pungkasnya.

Udijanto menuturkan, umumnya penderita autisme masih mampu berkomunikasi; berinteraksi; berperilaku; dan belajar. Walaupun dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. 

Meski demikian, alumnus Kedokteran Gigi Hiroshima University tersebut mengatakan untuk selalu memperhatikan kesehatan mulut dan gigi anak dengan autisme. Salah satu yang ia soroti adalah karies gigi atau gigi berlubang. 

Karies gigi sendiri adalah salah satu masalah gigi dan mulut yang disebabkan oleh kerusakan email gigi. Kata Udijanto, deteksi dini dan diagnosis karies gigi dapat membantu restorasi gigi secara cepat. 

“Karies gigi disebabkan bakteri pada gigi yang bertugas menghancurkan makanan dan menghasilkan asam perusak email gigi sehingga mengakibatkan kerusakan gigi. Sebaiknya ini segera didiagnosis untuk mempercepat penyembuhan,” ujarnya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp