Kajian Rutin KKI UNAIR Banyuwangi Ulas Perkara yang Dapat Menggugurkan Amalan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ustaz Hari saat menyampaikan tausiah (dok. SS Zoom)

UNAIR NEWS – Komikat Kerohanian Islam (KKI) PSDKU UNAIR di Banyuwangi Jumat (27/08) lalu kembali menggelar kajian rutin bersama Ustaz Hari Abdillah. Kajian yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom tersebut mengangkat tema tentang Syarat Amalan Diterima.

Mengawali pemaparannya Ustaz Hari menyampaikan, dalam melaksanakan ibadah atau amalan ada 2 syarat yang harus dipenuhi yakni Ikhlas dan sesuai syariat. Kedua syarat ini memiliki kedudukan yang setara dimana dua-duanya harus dilaksanakan sehingga ibadah/amalan yang dikerjakan bisa diterima oleh Allah.

“Tidak bisa kita ikhlas saja namun waktu menjalankannya tidak sesuai dengan syariat islam, pun sebaliknya, jadi keduanya harus kita lakukan sehingga amalan yang kita lakukan bisa menghadirkan pahala dan ridha dari allah,” tuturnya.

Dirinya melanjutkan, ikhlas dalam melakukan amalan adalah perkara yang sangat sulit dilaksanakan. Ada banyak sekali tantangan ketika seseorang hendak meluruskan niat semata-mata beribadah hanya untuk mencari ridha Allah. Ia menjelaskan ada 3 perkara yang sering membuat amalan yang dikerjakan seseorang menjadi sia-sia.

“Yang pertama riya’ atau beribadah dengan niat untuk mendapatkan sanjungan, setelah itu sum’ah yakni menyampaikan amal yang sudah ia kerjakan kepada orang lain dengan harapan sanjungan,” ungkapnya. 

Setelah lolos dari 2 perkara tersebut, sambungnya, ada 1 lagi yakni ujub, dimana seseorang merasa tinggi, merasa lebih baik dari orang lain karena amalannya. Setelah itu, syarat diterimanya amalan yang kedua adalah sesuai syariat islam.  Syariat islam yang dimaksud disini adalah yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (Mutaba’ah ar-Rasul).

“Karena Allah mengutus Nabi Muhammad SAW adalah sebagai role model bagi umat islam, maka sudah sepatutnya setiap amalan yang kita kerjakan harus sesuai sunnah yang Rasulullah SAW contohkan,” ungkapnya.

Ustaz Hari meneruskan, setiap amalan dalam urusan agama  yang tidak dilakukan dengan tuntunan nabi maka berpotensi menjadi sebuah Bid’ah dan menyebabkan amalan tersebut tertolak. Hal tersebut sesuai dengan H.R. Bukhari no 2499 dan Muslim no 3242 yang artinya barang siapa amalnya keluar dari Syari’ah tidak terikat dengan Syari’ah adalah tertolak.

“Oleh karena itu, sebelum melaksanakan amalan hendaknya kita memilah dan belajar supaya tehindar dari yang namanya bid’ah, karena bid’ah ini bisa menghadirkan neraka bagi kita sesuai dengan HR. Tirmidzi dan Abu Daud,” tandasnya.

Mengakhiri tausiahnya, Ustaz Hari mengungkapkan bahwa urusan amalan diterima atau tidak adalah hak prerogatif Allah. Meskipun demikian, kita bisa melihat tanda bahwa amalan yang dilaksanakan diterima adalah dengan hadirnya kebaikan dalam diri seseorang setelah melaksanakan ibadah.

“Tanda-tanda amal jika diterima adalah memberikan keberkahan bagi kita, dan salah satu keberkahan tersebut adalah bertambahnya kebaikan dari diri kita,”ungkapnya. “ oleh karena itu, lanjutnya, sebagai manusia kita hanya harus berusaha untuk ikhlas dalam setiap beramal dan insya Allah dari hal tersebut akan menuntun kita kearah kemuliaan dan membawa keberkahan,” pungkasnya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp