Mengenal Diagnosis Pada Pasien Sesak Napas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Viva

UNAIR NEWS – Sesak napas atau dyspnea, kerap didasarkan pada kondisi kesulitan bernapas. Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP selaku dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) sekaligus dokter paru di Rumah Sakit UNAIR (RSUA) memaparkan, bahwa kondisi sesak napas akhir-akhir ini sering didapati di masyarakat. Sesak napas secara sederhana dapat dipantau setidaknya dari dua hal, yang kemudian menentukan perkiraan penyebab sesak dan tindakan yang harus dilakukan.

Dipaparkan oleh dr. Alfian, bahwa sesak napas didasarkan pada simptom dan sign. “Simptom adalah sesuatu yang dikeluhkan oleh seseorang, apa yang diutarakan oleh pasien kepada dokter atau tenaga kesehatan. Sign adalah tanda dari sesak napas, yang harus diperiksa secara objektif melalui pemeriksaan medis,” ungkap dr. Alfian. 

Secara sederhana simptom adalah keluhan yang sifatnya subjektif yang dirasakan oleh pasien. Sedangkan sign adalah tanda bahwa seseorang tersebut mengalami sesak napas dan bersifat objektif. 

Simptom

Diagnosa sesak napas secara simptom, berarti perlunya memahami keluhan pasien. Keluhan tersebut sebagaimana yang dirasakan dan dilaporkan oleh pasien. “Pasien mengatakan bahwa dia mengalami sesak napas, dengan bahasa-bahasa yang dia ungkapkan,” sambung dr. Alfian.

Terdapat beberapa macam keluhan sesak napas yang disebutkan oleh pasien kepada dokter atau perawat. Pasien dapat menyebutkan keluhan sesak napas sebagai napas yang berat, napas pendek, dada terasa berat, dada terasa sempit, napas tidak longgar, tersengal-sengal, menggos-menggos dan lain sebagainya. “Keluhan-keluhan tersebut sejatinya sama dengan sesak napas, namun pasien menggunakan bahasa masing-masing untuk kemudian mengungkapkan secara lisan,” imbuh dr. Alfian.

Sign

Dijelaskan oleh dr. Alfian, bahwa keluhan sesak napas secara sign dapat dilihat dan ditunjukkan adanya kelainan sign secara objektif. Salah satu hal yang menarik adalah pada pasien covid-19 dapat terjadi happy hypoxia, yaitu suatu kondisi pasien tidak mengeluhkan sesak (tanpa symptom) namun sign atau tanda-tanda sesak didapatkan secara nyata pada pasien tersebut. 

“Bisa jadi pasien tidak mengatakan sesak, tapi dia mengalami hipoksia atau turunnya kadar oksigen di bawah 95%. Itu sudah dapat dikatakan sebagai kondisi sesak napas,” jelas alumni FK UNAIR tersebut.

Sign atau tanda dalam sesak napas juga dapat dilihat dari frekuensi pernapasan. “Normalnya seseorang bernapas dengan frekuensi antara 10 sampai 20 kali setiap menit, maka ketika sesak akan mengalami peningkatan,” tuturnya.

Terkait adanya peningkatan dalam frekuensi pernapasan, dr. Alfian menyebut hal itu sebagai takipnea. “Itu (takipnea, Red), adalah bahasa medisnya. Sebagai tanda sesak secara sederhana, takipnea berarti peningkatan frekuensi napas di atas 20 kali per menit,” imbuh dr. Alfian.

Tanda lainnya, yakni dilihat dari kecepatan pergerakan dinding dada. “Kita juga bisa melihat tanda sesak napas yang berat dari adanya napas paradoksikal (pernapasan paradoks perut dan dada, Red), retraksi (tarikan otot dinding dada, Red), dan pada bayi didapati pernapasan cuping hidung” terang dokter yang pernah menjadi sekretaris satuan tugas (satgas) Covid-19 UNAIR tahun 2020 tersebut.

Tanda objektif lain pada sesak napas yakni penurunan kadar oksigen di dalam darah. Secara sederhana, hal itu (penurunan kadar oksigen, Red) dapat terpantau pada alat saturasi oksigen. “Pasien yang mengalami sesak napas, akan didapatkan saturasi oksigennya turun dibawah 95%”, tegas dr. Alfian.

Menangani Sesak Napas

Apabila seseorang mengalami keluhan sesak napas (symptom), maka disarankan untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik (sign) dan dipastikan derajat sesak napasnya. Pada kondisi sesak napas yang berat, dibutuhkan oksigen tambahan untuk mencapai target saturasi oksigen diatas 95%.  

“Pasien yang mengalami sesak napas, disertai peningkatan frekuensi napas diatas 20 kali per menit dan saturasi dibawah 95%, harus segera diberikan suplementasi oksigen,” jelas dr. Alfian.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al MawaliaKenali Diagnosis Pada Pasien Sesak Napas

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp