Klasifikasi Bau Keringat Pria dan Wanita di Pagi Hari Menggunakan Electronic Nose

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh PopSugar

Semua manusia normal berkeringat, keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang terletak di bawah lapisan kulit. Fungsi keringat adalah untuk mengontrol suhu tubuh, saat keringat dikeluarkan, maka kulit akan dibasahi oleh keringat, dan suhu pada kulit akan menurun. Pada dasarnya, tubuh fisik laki-laki dan perempuan memiliki ciri khas masing-masing, tidak hanya fisik, tetapi juga hormon dan ciri-cirinya. Menurut World Health Organization (WHO), kategori usia dewasa adalah usia di atas 19 tahun. Berawal dari hal tersebut, perbedaan antara kedua jenis kelamin mulai terlihat, laki-laki cenderung memiliki tubuh yang lebih berotot, dan tubuh perempuan cenderung lebih berlekuk.

Salah satu hormon yang mempengaruhi keringat adalah estrogen. Estrogen memiliki peran mengatur tubuh manusia melalui aliran darah. Dari regulasi tubuh ini tentunya akan mempengaruhi produksi keringat. Hormon estrogen juga berperan besar dalam sistem reproduksi wanita, sehingga terdapat perbedaan keringat pria dan wanita. Sebuah penelitian membuktikan bahwa perempuan memiliki Sekresi Keringat (SSR) yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. M. Harker dkk mempelajari bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan keringat mereka dengan sampel keringat ekrin. Ekrin adalah kelenjar keringat yang mengatur suhu tubuh sebagai fungsi utamanya. Padahal, tidak ada perbedaan yang signifikan antara komposisi dan konsentrasi metabolit antara pria dan wanita berdasarkan keringat ekrin. Tapi, ada kelenjar lain yang bertanggung jawab atas bau badan, yaitu kelenjar apokrin. Kelenjar apokrin tidak bertanggung jawab langsung dalam menghasilkan bau, keringat mengandung kandungan protein yang mendukung pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri inilah faktor yang mempengaruhi bau badan.

Bau badan adalah bau yang khas, dan cenderung tidak sedap. Hal ini identik dengan indera penciuman. Pengenalan bau dalam tubuh manusia dilakukan dengan menggunakan sistem penciuman. Misalnya, jika kita ingin mengenali aroma bahan masakan tanpa melihatnya, kita otomatis akan mengendus bahan tersebut untuk mengenalinya berdasarkan aromanya. Seiring berkembangnya teknologi, baru-baru ini ada alat yang berfungsi sebagai hidung buatan, yang disebut sebagai Electronic Nose (E-Nose). Alat ini memiliki array sensor yang bertindak sebagai reseptor. Array sensor pada perangkat E-Nose biasanya dibangun dari beberapa sensor gas, yang masing-masing sensor gas tersebut memiliki kepekaan tersendiri terhadap gas tertentu.

Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah penelitian dilakukan oleh Sabilla dkk., (2021), penelitian yang telah diterbitkan dalam Proceedings – 2021 IEEE Asia Pacific Conference on Wireless and Mobile, APWiMob 2021 (Institute of Electrical and Electronics Engineers Inc.) ini bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis kelamin manusia berdasarkan bau badan mereka.

Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan Taguchi Gas Sensor (TGS) yang terdapat pada perangkat E-Nose, Sensor ini telah menunjukkan kemampuannya dalam sebuah makalah yang mempelajari perbedaan bau antara manusia. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa TGS 2602 dan TGS 822 menunjukkan respon yang tinggi terhadap bau badan manusia. Sedangkan Lelono dkk mengemukakan bahwa sensor ini juga terbukti dapat membedakan aroma teh hitam Indonesia yang diklasifikasikan ke dalam tiga kelas mutu.

Dalam penelitian ini, Sabilla dkk mengusulkan untuk membedakan keringat pria dan wanita menggunakan E-Nose. Para peneliti menggunakan keringat sebagai objek untuk dibandingkan, dan untuk pengambilan data hanya diambil pada pagi hari. Dalam penelitian ini langkah yang dilakukan adalah pertama mengumpulkan data sampel yang diperlukan , bau keringat didapat dari area ketiak. Bau keringat diperoleh dengan menggunakan selang yang ditempatkan di lipatan ketiak, kemudian bau keringat akan diteruskan ke sensor-sensor yang terdapat pada E-Nose. Setelah data yang terkumpul cukup, selanjutnya adalah proses pengolahan data, dimana data yang diperoleh dari perangkat E-Nose akan diklasifikasikan menggunakan beberapa metode machine learning dan akan dievaluasi berdasarkan akurasinya, dalam penelitian ini menggunakan Support Vector Machine (SVM), K-Nearest Neighbor (KNN) dan Decision Tree (DT).

Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa perangkat E-Nose berhasil memperoleh akurasi tertinggi dalam mengklasifikasikan bau keringat pria dan wanita menggunakan data yang didapatkan hanya pada pagi hari sebesar 80,08%, dimana metode yang digunakan adalah Support Vector Machine (SVM). Sedangkan akurasi dari metode lain yang digunakan dalam penelitian ini seperti KNN adalah 76,92% dan akurasi terendah adalah Decision Tree sebesar 69,23%. Dari kesimpulan di atas, terbukti bahwa penelitian ini dapat memprediksi jenis kelamin manusia menggunakan bau keringat ketiak. Untuk penelitian selanjutnya, penggunaan deep learning dapat diterapkan sehingga berpotensi meningkatkan akurasi dari penelitian ini.

Penulis: Dr. Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS.

Link Jurnal: https://ieeexplore.ieee.org/document/9431909

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp