Klasifikasi Bau Keringat Pria dan Wanita di Malam Hari Menggunakan Electronic Nose

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh ngwear.in

Secara umum, pria dan wanita dapat dibedakan dengan mudah berdasarkan anatomi dan fisiknya. Terdapat sebuah penelitian yang menguji kinerja fisik pria dan wanita dengan beberapa program latihan, dan didapatkan hasil bahwa wanita lebih cepat merasa lelah dibandingkan pria, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Studi lain menyatakan bahwa wanita memiliki kekebalan yang lebih kuat daripada pria karena faktor biologis seperti faktor genetik dan hormon: androgen, progesteron, prolaktin, dan estrogen.

Keringat adalah hasil sekresi manusia yang dihasilkan oleh kelenjar keringat apokrin. Kelenjar ini akan aktif jika terjadi perubahan hormonal saat pubertas. Kelenjar apokrin terdapat pada kepala, ketiak, anogenital, kelopak mata, wajah, perut, dan ketiak. Gangguan utama kelenjar apokrin adalah Bromhidrosis dan Kromhidrosis. Bau keringat seseorang yang berlebihan biasanya terdapat pada ketiak, kulit kepala, sela-sela jari, telapak kaki, dan alat kelamin.

Seorang peneliti di Swiss mengungkapkan bahwa keringat pria berbau seperti keju, sedangkan wanita memiliki bau keringat serupa seperti bawang. Studi lain menyatakan bahwa bau keringat yang dihasilkan tergantung pada apa yang mereka konsumsi, eksperimen ini dilakukan dengan salah satu variabelnya adalah makan daging selama 15 hari. Hasil sampel yang diambil di ketiak menunjukkan bahwa bau keringat dari si subyek penelitian mirip dengan daging. Hal itu bisa dideteksi karena ada beberapa senyawa kimia atau Volatile Organic Compounds (VOC) di dalam kandungan keringat.

VOC dari keringat, pernapasan, dan kulit telah digunakan sebagai biomarker bagi manusia untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis penyakit. Karakteristik VOC pernapasan manusia juga biasa digunakan untuk mendeteksi beberapa penyakit seperti kanker, paru-paru, diabetes, dan hepatitis.

Di negara berkembang seperti Indonesia, ada banyak penelitian terkait dengan machine learning. Machine learning sendiri dapat diterapkan atau diimplementasikan di berbagai bidang keilmuan. Salah satu contohnya di bidang kesehatan, seperti mendeteksi suatu penyakit dari tubuh seseorang melalui zat-zat yang terkandung dalam nafas, keringat, atau berdasarkan detak jantung, saturasi oksigen, dan lain-lain. Dalam studi yang dilakukan oleh Swapna G, klasifikasi machine learning diterapkan untuk deteksi dini pasien diabetes berdasarkan data sinyal Heart Rate Variability (HRV).

Saat ini Electronic Nose (E-Nose) banyak digunakan untuk meneliti berbagai permasalahan ilmiah karena sifatnya yang murah, cepat, dan tentunya akurat. Dalam beberapa tahun terakhir, E-Nose telah dikembangkan sebagai instrumen multifungsi untuk mendeteksi keaslian daging sapi dengan campuran daging babi, deteksi kualitas makanan, deteksi boraks pada bakso, deteksi pasien diabetes dan juga deteksi kanker paru-paru dari inhalasi.

Untuk turut memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah penelitian dilakukan oleh Sabilla dkk., (2021), penelitian yang telah diterbitkan dalam Proceedings – 2021 IEEE Asia Pacific Conference on Wireless and Mobile, APWiMob 2021 (Institute of Electrical and Electronics Engineers Inc.) ini bertujuan untuk membedakan pria dan wanita berdasarkan analisis beberapa biomarker dalam keringat pada malam hari.

Para penulis menggunakan electronic nose dengan paket sensor TGS dan SHT. Output yang dihasilkan adalah data sinyal yang direpresentasikan dengan file CSV, dan dikirim ke komputer. Data tersebut diolah dan digunakan untuk pengklasifikasian menggunakan machine learning. Setelah klasifikasi dilakukan, komposisi VOC diukur untuk mengetahui wanita dan pria mana yang lebih mungkin menderita beberapa penyakit, seperti leukemia. Penelitian ini memperoleh total 165 data keringat ketiak, yang telah diolah dan disesuaikan untuk kasus ini menjadi 25 data, 12 laki-laki (ME) dan 13 perempuan (WO). Beberapa model klasifikasi diimplementasikan, seperti Support Vector Machine (SVM), Naïve Bayes (NB), dan Decision Tree (DT) dengan akurasi masing-masing 92,30%, 96,15%, dan 84,62%.

Pada penelitian ini, akurasi maksimum yang dicapai oleh seluruh model dalam penelitian ini adalah 96,15%, hal ini dikarenakan kurangnya dataset dan terdapat data yang saling tumpang tindih. Pada malam hari, bau keringat ketiak pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria, yang ditunjukkan oleh intensitas senyawa volatil.

Penulis:  Dr. Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS.

Link Jurnal: https://ieeexplore.ieee.org/document/9435273

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp