Dosen Vokasi UNAIR Kembangkan Aplikasi untuk Cek Risiko Osteoporosis Secara Mandiri

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
APLIKASI ATOs_A yang dibuat oleh dosen Program Studi Teknologi Pencitraan Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga. (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Osteoporosis atau kondisi tulang yang rapuh adalah penyakit yang termasuk dalam kategori silent disease. Yaitu penyakit tanpa gejala yang tiba-tiba muncul. Lalu bagaimana jadinya jika risiko penyakit osteoporosis dapat diketahui lebih awal? 

Bukan tidak mungkin, kini penilaian risiko penyakit Osteoporosis dapat dengan mudah dilakukan secara mandiri menggunakan aplikasi bernama ATOs_A. 

ATOs_A atau Airlangga’s Tool for Osteoporosis Assessment merupakan inovasi gagasan para dosen Program Studi D4 Teknologi Pencitraan Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga. Proses pembuatannya diketuai oleh dr. Lailatul Muqmiroh, SpRad(K) serta melibatkan mahasiswa dan alumni.  

“Awalnya kami ingin membuat inovasi digital sebagai luaran kegiatan pengmas yang didanai oleh UNAIR. Inovasinya merujuk pada beberapa alat assessment sederhana berupa aplikasi untuk mengukur dosis radiasi pada CT Scan dengan cara yang mudah dan bisa diakses secara digital,” katanya pada (26/8/2021). 

Laila sapaannya, menuturkan bahwa aplikasi untuk mengukur kesehatan saat ini sebenarnya cukup banyak. Seperti pengukur tekanan darah atau pengukur jarak tempuh saat olahraga. 

Meski demikian, kata Laila, ATOs_A memiliki kriteria yang lebih detail dibandingkan dengan aplikasi serupa. Setidaknya terdapat tiga fitur utama yang membuatnya istimewa. Yakni kalkulator untuk menentukan kriteria; fitur saran; serta dilengkapi dengan tips dan trik. 

Yang menarik, penggunaan aplikasi itu sangat mudah dan sederhana. Pasalnya, pengguna hanya perlu mengisi tiga data untuk mengetahui risiko Osteoporosis. Di antaranya yakni usia, berat badan, dan jenis kelamin.

Selanjutnya hasil penilaian akan muncul. Pengguna akan dikategorikan berisiko rendah, sedang, atau tinggi. “Ketika hasilnya muncul, ada saran sesuai klasifikasi hasil penilaian. Misal ketika termasuk berisiko tinggi, maka sebaiknya segera melakukan pemeriksaan BMD,” jelas Laila.

Aplikasi yang dibuat pada pertengahan Mei 2021 itu kini dapat diunduh melalui Play Store. Selain itu, Laila dan tim akan segera mendaftarkan Hak Karya Cipta atas ATOs_A.

Sementara ini, ATOs_A hanya dapat melakukan penilaian Osteoporosis untuk skrining. Untuk diagnosis lebih lanjut, pengguna dapat melakukan pemeriksaan Bone Densitometry. 

“Harapan kami, aplikasi tersebut dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mengenal diri sendiri terhadap risiko Osteoporosis. Mencegah lebih baik dari pada mengobati,” tandasnya. (*)

Penulis    : Erika Eight Novanty

Editor    : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp