Pengaruh Suplementasi Lisin Pakan Komersial Selama Peneliharaan Ikan Gurame

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Infoikan

Ikan gurame (Osphronemus gouramy) di Indonesia mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Pada tahun 2011, permintaan pasar ikan gurame sebesar 9.322 ton dan pada tahun 2012 permintaan meningkat menjadi 10.303 ton (Zakaria, 2008). Pertumbuhan ikan gurame yang lambat mencapai berat rata-rata 250 gram/ekor pada spesies jantan dan 200 gram/ekor pada betina membutuhkan waktu 10-12 bulan (Handajani, 2007). Lama pemeliharaan ikan ini menyebabkan kebutuhan konsumsi pakan (Muzdalipah dan Yulianto, 2018). Salah satu cara yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan ini untuk mempersingkat masa pemeliharaan adalah dengan penambahan asam amino esensial, seperti lisin (Simanjuntak et al., 2016; Nguyen et al., 2019). Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh hewan atau tumbuhan dan dapat memicu laju pertumbuhan (Lovell, 1998). Kebutuhan lisin untuk ikan mas lebih besar dibandingkan dengan asam amino esensial lainnya yaitu 5,7% (Viola et al., 1992). Lisin dapat meningkatkan keseimbangan pemanfaatan asam amino sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan (Alam et al., 2005).

Asam amino dalam protein digunakan sebagai pembentuk protein baru selama pertumbuhan dan reproduksi atau menggantikan protein yang rusak selama masa pemeliharaan dan pertumbuhan (Hidayat, 2016). Suplementasi lisin sebagai asam amino esensial yang terdiri dari protein diharapkan dapat meningkatkan retensi energi ikan mas (Güroy et al., 2017; Nguyen et al., 2019).

Di sisi lain, manfaat lisin sebagai bahan pelengkap untuk mempercepat pertumbuhan ikan gurame dapat dilihat dari nilai FCR (Gan et al., 2013). FCR adalah perbandingan antara berat kering pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Penambahan lisin diharapkan dapat menurunkan Food Conversion Ratio (FCR), sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ikan mas dan mempersingkat waktu pemeliharaan (rearing periode) hingga ukuran konsumsi komersial.

Retensi Energi

Hasil penelitian menunjukkan nilai retensi energi ikan gurame berkisar antara 23,36 – 37,42%. Hasil analisis statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada retensi energi ikan gurame. Terdapat perbedaan nyata antar perlakuan, retensi energi tertinggi P3 (37,42%) dan retensi energi terendah P0 (23,36%). P3 tidak berbeda nyata dengan P4 tetapi berbeda nyata dengan P2, P1, dan P0. Selanjutnya diketahui bahwa energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi terhadap komponen pakan yaitu protein, lemak, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, dan glukosa) agar dapat diserap dan untuk digunakan atau disimpan oleh tubuh (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Retensi energi adalah jumlah energi pakan yang dapat disimpan dalam tubuh ikan (Chusminah et al., 2018). Sementara itu, hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa pemberian asam amino lisin dalam pakan komersial tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam retensi energi ikan gurame. Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan, terdapat perbedaan antara perlakuan dengan jumlah suplementasi tertinggi pada P3 dan terendah pada P0. Namun demikian, suplementasi lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi energi dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan lisin.

Tingkat Konversi Pakan

Hasil penelitian menunjukkan FCR ikan gurmae berkisar antara 3,39 – 5,05. Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antar perlakuan. Oleh karena itu diketahui bahwa FCR merupakan perbandingan antara berat kering pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1992). FCR digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan baik secara teknis maupun finansial. Di sisi lain, nilai FCR berbanding terbalik dengan pertumbuhan bobot ikan. Semakin tinggi FCR menunjukkan bahwa pakan yang diberikan semakin tidak efektif dalam pertumbuhan ikan gurame.

Sedangkan hasil statistik ANOVA dan Duncan’s Multiple Range Test menunjukkan bahwa suplementasi lisin pada pakan komersial tidak mempengaruhi nilai FCR pada ikan gurame (p>0,05). Berdasarkan perhitungan pakan yang dikonsumsi, jumlah pakan yang dikonsumsi P0 dan P3 memiliki selisih yang kecil namun penambahan bobot ikan P3 lebih besar dari pada P0. Akibatnya, ada kecenderungan penurunan nilai konversi pakan yang terjadi pada P3. Nilai P3 FCR sebesar 3,39 yang berarti pakan 3,39 gram memberikan pertambahan bobot 1 gram ikan gurame. Nilai P0 FCR adalah 5,05 yang berarti untuk menambah 1 gram bobot ikan mas diperlukan konsumsi pakan sebesar 5,05 gram.

Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa suplementasi lisin sebanyak 2% dalam pakan komersial dapat meningkatkan retensi energi ikan gurame (Osphronemus gouramy). Selain itu, suplementasi pakan lisin ke pakan komersial dengan pemberian hingga 2,5% tidak dapat menurunkan rasio konversi pakan pada pemuliaan ikan gurame (Osphronemus gouramy).

Penulis: Ir. Agustono, M.Kes

Link http://wvj.science-line.com/vol-11-no-2-jun-2021.html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp