Mengukur Literasi Digital Mengenai Covid-19 pada Masyarakat Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pos Kupang

Selama pandemi Covid-19, kebutuhan informasi mengenai Covid-19 naik secara ekstrem. Masyarakat diketahui lebih memilih media sosial untuk mencari informasi kesehatan. Salah satu hal yang membuat media sosial menarik adalah interaksi antar pengguna, meskipun kualitas informasi perlu ditinjau ulang. Menurut data Kominfo (2020) pada April 2020, terdapat 1.125 berita hoax terkait Covid-19 yang beredar luas melalui platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Youtube. Banyaknya orang yang tidak melek informasi membuat hoaks lebih cepat berkembang.

Melihat kondisi ini, semakin banyak orang yang bisa disesatkan oleh informasi yang beredar dari media sosial, terutama yang tidak berlatar belakang literasi informasi. Agar tidak terkecoh dengan berita hoaks, diperlukan keterampilan literasi digital. Literasi digital sendiri adalah suatu proses yang melibatkan perolehan, pemahaman, evaluasi, dan penggunaan informasi dalam berbagai konteks teknologi digital.

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital masyarakat dalam mencari dan memanfaatkan informasi terkati Covid-19. Berdasarkan survei terhadap 500 responden yang terdiri dari akademisi, pekerja formal, pekerja non-formal, dan ibu rumah tangga di Jawa Timur, diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebenarnya tergolong tinggi. Ada sejumlah faktor terkait yang diukur untuk menggambarkan hal tersebut.

Kesadaran Etis

Masyarakat sangat memahami tentang etika penyebaran informasi Covid-19 melalui internet. Saat menyebarkan informasi melalui media digital, masyarakat sangat selektif. Mereka melakukan screening terlebih dahulu untuk mengetahui apakah informasi tersebut akurat atau tidak.  

Masyarakat juga sangat berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan menjaga agar tidak melanggar hak cipta. Selain itu, masyarakat diketahui lebih mempercayai informasi mengenai Covid-19 dari tenaga kesehatan secara langsung yang berada di lapangan daripada pejabat di instansi kesehatan seperti Menteri Kesehatan atau lainnya.

Sementara itu, banyak informasi yang tidak valid terkait pencegahan virus Covid-19. Walaupun tujuannya baik untuk memberikan informasi kesehatan, namun akan sangat berbahaya jika isi informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat langkah-langkah untuk menangkal berita palsu, antara lain:

1) Identifikasi berita palsu. Cari tanda-tanda yang dapat membantu menentukan apakah informasi itu palsu. Misalnya, pesan diteruskan tanpa sumber atau bukti. Foto, video, atau bahkan rekaman suara bisa saja dibuat untuk menyesatkan.

2) Berhenti dan pikirkan lagi sebelum membagikan pesan yang diteruskan. Jika pesan diteruskan dari satu pengguna ke pengguna lain lebih dari lima kali, akan ditandai dengan ikon ‘panah ganda’ untuk menunjukkan bahwa pesan tersebut ‘Sangat Diteruskan’, dan berpotensi mengandung hoaks atau misinformasi.

3) Bantu menghentikan penyebaran. Jika Anda melihat bahwa informasi tidak terlihat benar atau ada indikasi klaim medis tidak resmi, tanyakan kepada pengirim apakah mereka dapat memverifikasi informasi tersebut. Jangan meneruskan pesan hanya karena orang lain meminta Anda, meskipun orang itu adalah teman.

4) Verifikasi dengan sumber lain. Cari fakta secara daring dan periksa situs tepercaya seperti WHO, Kementerian Kesehatan, atau situs berita tepercaya untuk mengetahui dari mana informasi itu berasal.

5) Laporkan pesan atau akun yang terbukti membagikan informasi yang tidak akurat.

Evaluasi Media

Masyarakat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka tidak asal-asalan dalam menggunakan informasi, tetapi terlebih dahulu menganalisis apakah informasi tersebut valid atau tidak. Saat membutuhkan informasi terkait Covid, masyarakat mencari informasi dari sumber terpercaya. Tidak sampai di situ, masyarakat membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi lainnya. Setelah informasi dianggap valid dikonsumsi, mereka tidak langsung menyebarluaskan informasi tersebut, tetapi memilah informasi yang layak dibagikan. Karena tidak ingin informasi yang disebarluaskan justru menambah keresahan masyarakat. Ini menujukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah bijak dalam memanfaatkan informasi.

Berdasarkan hasil riset nasional yang dilakukan Jaringan Aktivis Literasi Digital (Japelidi) selama tahun 2019, pengguna media digital di Indonesia mulai mampu menggunakan media digital secara kritis. Meskipun demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi literasi digital.

Produksi Media

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menyebarkan informasi, masyarakat sangat berhati-hati hingga bisa dikatakan jarang membagikannya. Apalagi mengingat informasi terkait Covid-19 merupakan isu sensitif, mereka memilih untuk tidak memberikan komentar. Mereka sering mengkonsumsinya untuk diri mereka sendiri dan tidak dibagikan di media digital.

Terlebih lagi, penelitian Li & Suh, (2015) menjelaskan bahwa informasi di platform media sosial sangat buruk karena kurangnya gatekeeper profesional untuk memantau konten. Faktanya masih sedikit penelitian yang mengkaji secara empiris faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kredibilitas informasi di platform media sosial. Ini membatasi pemahaman kita tentang determinan penilaian informasi online.

Untuk itu, penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kredibilitas informasi yang dirasakan oleh individu di platform media sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa interaktivitas, ketergantungan media pada dimensi kredibilitas media dan kekuatan argumentasi dari dimensi kredibilitas pesan merupakan penentu utama kredibilitas informasi.

Akses Media

Dalam mengakses informasi terkait Covid-19, masyarakat memilih menggunakan sumber informasi yang akurat. Mereka cerdas dalam memilah informasi dari sumber informasi yang terpercaya. Meskipun terdapat banyak informasi hoaks, sebagian besar masyarakat tidak langsung menggunakan informasi tersebut tetapi menyaring dan menganalisis validitasnya.

Sebagian besar masyarakat adalah anggota komunitas online dan lihai dalam mengakses sumber informasi, seperti website resmi pemerintah www.covid19.go.id. Masyarakat tidak secara khusus memasang aplikasi atau mengikuti akun tertentu yang membahas Covid-19. Namun, masyarakat ahli mengakses informasi valid terkait Covid-19.

Kesadaran Media

Sadar media artinya masyarakat sudah familiar dengan media digital. Seperti memahami fitur desain, perangkat yang digunakan, hingga konversi digital. Media online bukan lagi hal baru yang terasa asing bagi masyarakat. Media online telah menjadi sahabat mereka yang sangat ramah pengguna untuk diakses. Terlebih lagi didukung dengan keahlian masyarakat dalam memanfaatkan media dan cara mengaksesnya. (*)

Penulis: Dessy Harisanty, S.Sos., M.A.

Link Jurnal: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/5379

Reference : Harisanty, Dessy; Srirahayu, Dyah Puspita; Anna, Nove E. Variant; Mannan, Endang Fitriyah Fitriyah; Anugrah, Esti Putri; and Dina, Nasa Zata, “Digital Literacy for Covid 19 Information in Indonesian Society” (2021). Library Philosophy and Practice (e-journal). 5379.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp