Manipulasi Pakan Udang Galah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by GDM Organikk

Udang di Indonesia dihasilkan dari hasil penangkapan dan budidaya, dan budidaya udang galah telah berkembang cukup pesat di dalam negeri. Dalam kaitan ini, terlihat produksi udang galah pada tahun 2013 mencapai 3.171 ton (Indonesia report, 2013). Secara keseluruhan pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena berperan dominan terhadap pertumbuhan ikan secara ekonomi (Melianawati dan Suwirya, 2010). Pemberian pakan dengan komponen nutrisi yang tepat dapat menghasilkan produk ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Salah satu zat gizi yang dibutuhkan ikan adalah asam lemak (Pangkey, 2011). Asam lemak dikelompokkan menjadi dua jenis, berdasarkan derajat kejenuhannya; yaitu asam lemak jenuh dan tidak jenuh (Bragagnolo dan Rodriguez-Amaya, 2001; Venugopal dan Gopakumar, 2017; Allen et al., 2019). Asam lemak jenuh tidak mempengaruhi oksidasi dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tak jenuh. Pengaruh asam lemak jenuh yang dominan adalah peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) (Sartika, 2008). Di sisi lain, diketahui bahwa udang galah memiliki kadar asam lemak jenuh 35% dan kadar kolesterol 139 mg/100g yang lebih tinggi dibandingkan udang laut (Bragagnolo dan Rodriguez-Amaya, 2001; Venugopal dan Gopakumar, 2017; Allen et al., 2019). Kekurangan asam lemak tak jenuh akan menyebabkan gangguan kesehatan ikan antara lain penurunan fekunditas, kemampuan membentuk embrio dan pertumbuhan yang tidak normal (Pangkey, 2011; de Carvalho dan Caramujo, 2018).

Lemak memang berperan penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan dalam budidaya (Stoneham et al., 2018). Sedangkan persentase asam lemak jenuh dapat dikurangi dengan penambahan asam lemak esensial (Stoneham et al., 2018). Asam lemak esensial termasuk asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap yang tidak dapat disintesis dalam tubuh hewan, sehingga perlu asupan melalui pakan (Meliandasari et al., 2016). Bahkan, minyak ikan cod dapat ditambahkan untuk meningkatkan kandungan asam lemak tak jenuh dalam makanan (Turchini et al., 2009). Diketahui bahwa asam lemak tak jenuh terbagi menjadi 2 yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). MUFA memiliki satu ikatan karbon rangkap, yang dapat terjadi pada posisi apa pun. PUFA memiliki lebih dari satu ikatan karbon rangkap, jika ikatan rangkap pertama ditemukan antara ikatan karbon ketiga dan keempat disebut asam lemak -3. Ikatan rangkap pertama antara atom karbon keenam dan ketujuh disebut -6 (Rustan dan Drevon, 2005). Minyak hati ikan kod memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi, dan lebih banyak dibandingkan asam lemak jenuh (Das et al., 2007). Maka, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak hati ikan kod pada pakan komersial terhadap rasio asam lemak jenuh dan tak jenuh terhadap daging udang galah.

Asam lemak jenuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kandungan asam lemak jenuh udang galah berkisar antara 54,87-59,13%. Data rata-rata kandungan asam lemak jenuh udang galah tertinggi yaitu 59,13±10.23 pada perlakuan P0 dan terendah pada perlakuan P4 (54,87±4.35). Perhitungan Analisis Varian (ANOVA) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara masing-masing perlakuan (P>0,05). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa P0 tidak berbeda nyata dengan P1, P2, P3 dan P4 (P>0,05). Dari analisis in vitro, asam lemak minyak hati ikan kod memperoleh kandungan asam lemak jenuh makanan sebesar 8,9%. Pada penambahan pakan komersial dengan komposisi P0 (0%) diperoleh analisis asam lemak jenuh 11,85%, P1 (3%) memiliki kandungan asam lemak jenuh 10,496%, P2 (6%) kandungan asam lemak jenuh 10,496%, P3 (9%) 8,99% dan P4 (12%) 8,97% data kandungan asam lemak jenuh. Sedikit perbedaan dalam satu faktor; suplemen tersebut tidak mempengaruhi kandungan asam lemak jenuh. Hal ini sesuai dengan pemberian pakan komponen fortifikasi asam lemak esensial yang merupakan metode alternatif pengaturan lemak pada produk ternak (Legowo, 2004). Hasil pengujian asam lemak tak jenuh pada udang galah tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan pakan yang tidak sama jumlahnya untuk setiap perlakuan.

Sementara itu, hasil penelitian pada nilai kandungan asam lemak tak jenuh udang galah berkisar antara 40,87%(P0) tertinggi dan 45,14% (P4) terendah. Hasil perhitungan Analysis of Variants (ANOVA) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara masing-masing perlakuan. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa P0 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P1, P2, P3 dan P4. Perhitungan hasil Analysis of Variant (ANOVA) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) untuk masing-masing perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemanfaatan asam lemak tak jenuh sebagai energi dan pertumbuhan (kemungkinan mekanisme). Tartrakoon dkk. (2016) menyatakan bahwa penambahan asam lemak tak jenuh pada asam lemak jenuh pada pakan akan disertai dengan peningkatan pemanfaatan energi. Belakangan diketahui bahwa proses pemanfaatan asam lemak tak jenuh sebagai energi dengan cara asam lemak telah mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi. Asam lemak dioksidasi melalui oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA yang bergabung dengan asetil KoA dari metabolisme karbohidrat dan protein, kemudian menggantikan siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi (Lodish et al., 2000).

Rasio asam lemak jenuh dan tak jenuh

Data rasio asam lemak jenuh dan tidak jenuh diperoleh dari rata-rata kandungan asam lemak jenuh dibagi rata-rata kandungan asam lemak tidak jenuh dari masing-masing perlakuan. Nilai rasio terbaik diperoleh dari kandungan kolesterol total terendah pada daging udang galah dan laju pertumbuhan terbaik. Data rasio asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh memiliki pola yang cukup menarik, yaitu 1,45:1 pada perlakuan P0 dan 1,21:1 pada perlakuan P4. Rasio terbaik asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dapat dilihat dari nilai kandungan kolesterol pada daging udang galah dan laju pertumbuhannya. Kadungan Kolesterol pada P0 sebesar 385,03 mg/dl dan secara gradual mengalami penurunan pada perlakuan pakan dengan persentase minyak hatik ikan Cod berbeda. Hasil analisis kolesterol terendah pada perlakuan dengan 12% penambahan minyak ikan dengan kandungan kolesterol sebesar 88,31 mg/dl. Kolesterol berfungsi sebagai prekursor sejumlah senyawa, seperti hormon seks, korteks adrenal, asam empedu dan vitamin D. Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Menurut Rosenthal (2000), kandungan kolesterol yang optimal adalah di bawah 100 mg/dl. Tingkat pertumbuhan terbaik diperoleh dari nilai tingkat pertumbuhan selama pemeliharaan.

Diketahui bahwa udang galah yang diberi pakan biasa dengan penambahan 12% minyak hati ikan kod pada dagingnya, memiliki kolesterol total 88,31 mg/dl, sedangkan udang galah yang diberi pakan biasa yang sama tetapi tanpa penambahan minyak hati ikan kod. kolesterol adalah 385,03 mg/dl. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil rasionya maka akan semakin baik pula nilai kolesterolnya. Hal ini disesuaikan dengan penambahan asam lemak tak jenuh (UFA) yang dapat menurunkan kolesterol total karena bersifat netral terhadap LDL (tidak menurun atau meningkat), tetapi dapat meningkatkan lipoprotein HDL (Mora dan Selpas, 2013). Sesuai dengan nilai laju pertumbuhan yang merupakan rasio terbaik diperoleh 1,21:1, suplementasi minyak hati ikan kod sebesar 12% merupakan laju pertumbuhan terbaik, sedangkan pakan yang komposisi minyak hati ikan kod dikurangi mengalami penurunan laju pertumbuhan (Sobirin, 2016).

Penulis: Ir. Agustono, M.Kes Tulisan lengkap pada Link : http://wvj.science-line.com/vol-10-no-4-dec-2020.html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp