Manfaat Sel Punca Adiposa untuk Fungsi Barier pada Kulit Photoaging

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Suara.com

Photoaging merupakan penuaan yang disebabkan karena radiasi ultraviolet (UV) yang terus menerus. Photoaging ini berbeda dengan penuaan intrinsik meskipun biasanya keduanya terjadi secara bersamaan. Ultraviolet memiliki dampak negatif pada matriks ekstraseluler di kulit sehingga menyebabkan kerutan dan membuat kulit menjadi lebih kasar. Terdapat perubahan histologi jaringan pada kulit yang mengalami penuaan akibat UV yaitu perubahan pada lapisan dermis dan epidermis, epidermis yang lebih tebal, dan degenerasi dari kolagen dan elastin. Lapisan kulit paling atas yaitu stratum korneum yang bertugas sebagai skin barrier dan menjaga supaya fungsi barier kulit maksimal serta sebagai penahan supaya air tidak menguap secara berlebihan. Fungsi barier kulit utamanya tergantung pada jumlah air dan lemak di stratum korneum.

Transepidermal water loss (TEWL) merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi fungsi barier kulit dan ini merupakan pengukran yang objektif. Transepidermal water loss bergantung pada letak anatomi, fungsi kelenjar keringat, temperatur kulit, dan korneosit. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa ultraviolet B menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga menyebabkan kulit dehidrasi serta meningkatkan TEWL sehingga menyebabkan fungsi barier kulit menjadi tidak maksimal dan kulit menjadi kering.  

Akhir-akhir ini penelitian sel punca atau stem cell telah banyak dilakukan. Salah satu sel punca yang dapat digunakan yaitu menggunakan jaringan adiposa/jaringan lemak. ASC-CM (adipose stem cell-conditioned medium) mengandung cukup banyak faktor pertumbuhan, sitokin, dan kemokin yang dapat berguna untuk memperbaiki barier kulit pada photoaging.

Sebuah penelitian dilakukan di Surabaya untuk meneliti efek ASC-CM pada kulit yang mengalami photoaging. Subjek dari penelitian ini yaitu mencit yang berusia 10-12 minggu dengan berat antara 150-200 gram. Mencit ini kemudian diaklimatisasi selama dua minggu. Kemudian mencit ini dibagi secara acak dalam empat grup yaitu mencit terpapar UV dengan ASC-CM topikal (P1), mencit terpapar UV dengan vehicle topikal (P2), mencit tidak terpapar UV dengan topikal ASC-CM (P3), dan mencit yang tidak terpapar UV serta tidak diberikan terapi topikal (P0). Mencit-mencit diberikan radiasi UV di bagian punggung yang bulunya sudah dicukur terlebih dahulu sekitar 4×4 cm2. Dosis radiasi diberikan bertahap dan semakin meningkat selama 6 minggu. Setelah radiasi UV selama 6 minggu kemudian diberikan ASC-CM topikal pada kulit punggung mencit dua kali sehari selama 4 minggu. Sebelum dan sesudah penelitian dilakukan pengukuran terhadap TEWL dan ketebalan lipatan kulit mencit.

Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi penurunan TEWL sebanyak 21,38% antara sebelum dan sesudah terapi topikal ASC-CM pada mencit yang diradiasi UV namun hasil ini tidak signifikan. Sedangkan pada kelompok mencit teradiasi dengan vehicle topikal mengalami penurunan TEWL sebanyak 54,97% namun ini juga tdak signifikan. Hasil signifikan penurunan TEWL didapatkan pada mencit yang yang tidak terpapar radiasi dan diberi ASC-CM topikal serta pada mencit yang tidak diberikan radiasi UV. Sedangkan untuk hasil ketebalan lipatan kulit, terdapat perbedaan signifikan antar kelompok setelah diterapi menggunakan ASC-CM topikal. Ketebalan lipatan kulit sebelum dan sesudah terapi di kelompok mencit teradiasi dengan ASC-CM topikal meningkat sebanyak 12,18%. Sedangkan pada kelompok mencit teradiasi yang hanya diberikan vehicle topikal mengalami penurunan signifikan lipatan kulit.

Studi menunjukkan bahwa level tertinggi TEWL ditemukan pada area kulit yang terpapar UV namun hal ini tidak signifikan. Penelitian menggunakan korneometer yang mengukur hidrasi kulit melaporkan terjadi penurunan hidrasi kulit setelah 8 hari terpapar radiasi UVB. Hidrasi kulit ini dipertahakan melalui mencegahan TEWL/kehilangan air melalui transepidermis. Sehingga jika terjadi penurunan hidrasi kulit berarti terjadi peningkatan TEWL.

ASC-CM yang digunakan dalam penelitian ini dapat memperbaiki kerusakan kulit, memperbaiki fungsi barier kulit, serta menambah ketebalan kulit. Sejalan dengan penelitian ini, penelitian lain juga melaporkan penggunaan ASC-Cm dapat menurunkan TEWL. Produk kosmetik topikal yang mengandung ASC-CM dapat memperbaiki penampilan kulit yang mengalami photoaging melalui mekanisme pengurangan TEWL dan peningkatan hidrasi kulit. Selain itu dapat juga ditambah dengan penggunaan laser fractional CO2 yang juga menghasilkan penurunan TEWL pada kulit yang diberikan ASC-CM topikal karena barier kulit menjadi lebih baik.

Penggunaan ASC-CM selama 4 minggu dalam penelitian ini dapat memperbaiki fungsi barier pada kulit yang mengalami photoaging melalui mekanisme peningkatan ketebalan lipatan kulit serta penurunan kadar TEWL. Meskipun begitu tetap dibutuhkan penelitian lebih lama untuk mengobservasi efek dan mekanisme dari penggunaan ASC-CM untuk kulit yang mengalami photoaging.

Penulis: Prof.Dr.Cita Rosita Sigit Prakoeswa,dr.,Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/2589

Skin barrier before and after topical adipose stem cell-conditione medium (ASC-CM) treatment in photoaging

Winawati Eka Putri1,2, Anang Endaryanto3, Damayanti Tinduh4, Fedik Rantam5, Hari Basuki Notobroto6, Cita Rosita Sigit Prakoeswa6

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp