Mengenali Reaksi Erupsi Kulit Berat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by HerStory

Sindroma Stevens-Johnson (SJS dan Nekrolisis Epidermal Toksik merupakan reaksi mukokutan akut yang dapat mengancam jiwa. Reaksi ini dikarakterisasi dengan erupsi pada kulit berupa ruam kemerahan yang luas dengan pengelupasan pada lapisan epidermis dan erosi membran mukosa. Reaksi ini merupakan reaksi hipersensifitas yang berat yang dapat disebabkan utamanya akibat penggunaan obat-obatan. Sayangnya, sedikit sekali informasi mengenai obat-obat tersebut dan kurangnya pengetahuan masyarakat awam mengenai risiko terhadap reaksi ini. Lalu bagaimana gambaran SJS dan TEN ini dengan obat-obat yang berisiko? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan penelitian deskriptif untuk mengetahu gambaran profil pasien SJS dan TEN.

Kami melakukan penelitian secara retrospektif di Instalasi Rawat Inap Kemuning I dan II RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk mendeskripsikan gambaran pasien SJS dan TEN. Kami melakukan penelitian ini dengan pengelolaan data-data sekunder yang kami dapatkan melalui catatan rekam medik. Pasien yang diteliti adalah pasien SJS dan TEN yang disebabkan oleh obat. Data-data ini dijabarkan secara deskriptif untuk dibandingkan masing-masing dari prevalensi, obat yang diduga penyebab, dan gambaran pasien.

Kami melakukan studi terhadap 28 pasien SJS dan TEN yang dikelola dengan pengambilan data sekunder dari catatan rekam medik. Masing-masing pasien dievaluasi berdasarkan obat dan golongannya yang diduga menyebabkan reaksi, gambaran pasien dari segi usia dan jenis kelamin, dan penyakit penyerta yang diderita pasien. Data yang didapatkan kemudian dikelola secara deskriptif dengan software excel dan dipresentasikan dalam bentuk tabel dan gambar.

Pasien yang diteliti mayoritas mengalami SJS sedangkan hanya tiga pasien saja yang mengalami TEN. Total ada 44 obat yang dikonsumsi oleh pasien SJS dan TEN yang diduga menyebabkan reaksi tersebut. Sebagian dari pasien tersebut mengonsumsi lebih dari satu obat dan hal ini merupakan risiko terjadi reaksi erupsi obat. Obat yang paling banyak diduga sebagai penyebab adalah obat-obatan dari golongan analgesik atau obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dengan salah satu obat yang paling sering digunakan yaitu parasetamol. Selain itu, baik obat-obatan anti kejang, yaitu karbamasepin, maupun antibiotik, golongan sefalosporin dan kuinolon, juga cukup banyak yang diduga sebagai penyebab. Hampir semua dari obat-obatan ini sering digunakan dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Namun, kami tidak mendapatkan allopurinol sebagai obat dominan penyebab SJS dan TEN seperti yang dikemukakan oleh studi lain.

Perempuan lebih sering mengalami reaksi SJS dan TEN dalam studi kami dan kelompok usia produktif, antara 25-44 tahun, merupakan kelompok yang terbanyak. Hal ini dapat dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan yang lebih sering untuk menghindari penurunan produktivitas akibat sakit. Pasien dengan penyakit epilepsi juga sering mengalami SJS dan TEN oleh karena obat-obatan anti kejang yang paling umum digunakan salah satunya adalah dari golongan karbamasepin.

Obat-obat yang diduga sebagai penyebab tersering SJS dan TEN beberapa dapat diketahui kecenderungannya dalam mengakibatkan reaksi hipersensifitas yang berat. Pada pasien yang menggunakan karbamasepin, orang-orang dengan human leukocyte antigen (HLA) tertentu, yaitu HLA-B*15:02, lebih mudah terjadi reaksi hipersensifitas akibibat perubahan pada respon imun. Sedangkan pada golongan sefalosporin, karakteristik dari kemampuan antibiotik pembentukan hapten mempengaruhi risiko terjadinya reaksi hipersensifitas. Parasetamol banyak diduga sebagai obat penyebab SJS dan TEN namun, belum cukup studi yang memvalidasi penjelasan dari reaksi obat tersebut. Akan tetapi, hal ini tetap harus menjadi perhatian oleh karena obat parasetamol sering digunakan dan mudah untuk dibeli tetapi memiliki risiko untuk terjadinya SJS dan TEN.

Walaupun dalam studi yang kami lakukan tidak menggunakan uji provokasi obat ataupun pemeriksaan drug patch test, data-data deskriptif ini dapat memberikan gambaran bahwa obat-obatan ini perlu diperhatikan ketika menggunakannya karena dapat mencetuskan reaksi erupsi obat yang berat berupa SJS dan TEN. Pada kelompok orang yang memiliki risiko terjadinya reaksi ini juga harus menyadari akibat daripada obat-obatan tertentu untuk mengurangi terjadinya SJS dan TEN. Penyakit penyerta juga menjadi pertimbangan yang penting dalam pemilihan terapi yang tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang berat seperti SJS dan TEN.

Penulis: Dr.Damayanti,dr.,Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/24720

THE PROFILES OF STEVENS-JOHNSON SYNDROME (SJS) AND TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS (TEN) PATIENTS IN TERTIARY HOSPITAL

William Andrew Isaac, Damayanti Damayanti, Nurmawati Fatimah, Afif Nurul Hidayati

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp