Pengmas Kolaborasi FK dan FKM UNAIR Bina Kader Pendamping Balita Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pengmas Kolaborasi FK dan FKM UNAIR Bina Kader Pendamping Balita Stunting yang dilaksanakan pada 20 Agustus 2021. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Stunting menjadi ancaman serius bagi penerus bangsa. Permasalahan stunting merupakan permasalahan bersama yang juga harus ditangani bersama. Penanganan stunting saat ini sudah menyasar kelompok kecil masyarakat, kader-kader puskesmas sudah dibentuk guna menghadapi permasalahan ini.

Kendati demikian, pengetahuan kader terhadap stunting harus senantiasa bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini yang membuat Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menggelar pembinaan kader stunting di wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo, Gresik pada 20 Agustus 2021. Emyr Reisha Isaura, S.Gz., M.P.H., Ph.D. mengatakan bahwa sebanyak kurang lebih 100 kader dilakukan pembinaan secara bertahap.

“Ada lebih dari 100 kader yang diberi pembinaan tetapi dilaksanakan secara bertahap karena kondisi pandemi Covid-19. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang gizi masyarakat,” ujarnya.

Emry menuturkan bahwa jumlah kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo meningkat hingga 3 kali lipat. “Selama pandemi Covid-19 ternyata ada peningkatan angka stunting. Seperti di wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo ini, kasus stunting dilaporkan meningkat tiga kali lipat sehingga membutuhkan perhatian khusus,” tuturnya.

“Penemuan kasus yang dilaporkan ini membutuhkan klarifikasi dan verifikasi agar tidak terjadi kesalahan pendataan, imbuh Emyr.

Kegiatan yang semula akan dilaksanakan pada Juni hingga September 2021 menjadi lebih lambat pada Agustus 2021. “Selain diberikan pelatihan secara offline, kader juga diberi fasilitas grup whatsapp sebagai sarana untuk monitoring,” katanya.

Kader tidak sekedar diberi materi namun dituntut untuk berperan aktif dalam penanganan stunting. “Kader akan menerima berbagai  materi tentang gizi masyarakat terutama pengetahuan tentang penanganan stunting. Dimana kader akan terlibat secara aktif dalam penemuan dan pendampingan kasus balita stunting sampai balita tersebut dinyatakan bebas dari stunting,” jelas Emyr.

Emry berharap bahwa dengan meningkatnya kemampuan serta peran aktif kader dalam menghadapi permasalahan stunting dapat menjadikan Indonesia bebas stunting. “Dengan pembinaan ini diharapkan setiap kasus yang ditemukan dapat dilakukan penanganan secara komprehensif sehingga tujuan akhir untuk membentuk generasi sehat guna mewujudkan Indonesia kuat dapat terwujud,” pungkasnya.

Penulis : Icha Nur Imami Puspita

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp