Korelasi antara Status Nutrisi dengan Aktifitas Anak dengan Food Allergy

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Orami

Alergi makanan merupakan penyebab utama manifestasi penyakit atopik dini, yang dapat menyebabkan berbagai manifestasi alergi lainnya. Angka kejadian alergi di dunia, khususnya alergi makanan terus meningkat terutama pada anak-anak. Pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 2-10% pasien yang mengalami alergi makanan, di Eropa sebanyak 5.9% pasien melaporkan mengalami alergi makanan, di Kanada kejadian alergi makanan pada anak dilaporkan sebanyak 7.1%. Di Indonesia masih belum memiliki data prevalensi alergi makanan pasien secara detail pada seluruh kelompok usia, tetapi data anak penderita alergi makanan di Indonesia dilaporkan sebanyak 3-60% dari seluruh kasus alergi yang dilaporkan. Prevalensi alergi makanan juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya pada anak-anak, yatu sekitar 4-8%.

Status nutrisi pada anak dengan alergi makanan

Masalah yang sering timbul pada anak dengan alergi makanan adalah status nutrisi, dimana didapatkan berbagai laporan yang menyatakan bahwa anak dengan alergi makanan memiliki pertumbuhan yang kurang maksimal. Penilaian keadaan status nutrisi pada anak harus sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menggunakan World Health Organization (WHO) chart growth standard dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) chart growth. Status nutrisi memiliki korelasi yang signifikan dengan aktifitas sehari-hari khususnya pada pasien yang mengalami fraktur, pnemoni, gagal jantung, dan masih banyak lagi. Sedangkan, penelitian tentang korelasi antara status nutrisi dengan aktifitas anak dengan alergi makanan masih sangat sedikit yang dilakukan, dimana di poli alergi-imunologi anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo, Surabaya yang merupakan rumah sakit rujukan utama di wilayah Jawa Timur, Indonesia, terdapat laporan bahwa setiap tahun jumlah kunjungan anak dengan alergi makanan semakin meningkat, dimana pada tahun 2017 sebanyak 127 pasien, tahun 2018 sebanyak 143 pasien dan tahun 2019 sebanyak 145 pasien. Pada hasil penelitian sebelumnya, yaitu pada pengasuh anak dengan alergi makanan didapatkan keterbatasan pada anak sebesar 80% dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari dan mereka bahkan keluarga juga merasa terganggu dengan keterbatasan kondisi tersebut. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian tentang korelasi antara status nutrisi anak dengan aktifitas anak dengan alergi makanan.

Partisipan dalam penelitian ini yaitu anak-anak berusia 1 bulan sampai <18 tahun, terdiagnosis alergi makanan dengan hasil uji tusuk kulit yang positif dan dilanjutkan dengan hasil positif juga terhadap provokasi makanan. Dilakukan eksklusi pada anak dengan riwayat kelahiran prematur, gangguan tiroid, ketergantungan pada pemberian nutrisi enteral maupun parenteral, dan berbagai penyakit yang berpengaruh terhadap metabolisme nutrisi pada anak. Penelitian menggunakan design cross-sectional sampai jumlah partisipan sebanyak 43 tercapai. Status nutrisi partisipan dinilai menggunakan growth chart dari IDAI yang mengadopsi growth chart dari WHO dan CDC. Z-score berdasarkan WHO digunakan untuk menilai pertumbuhan participant berusia 1 – 59 bulan, dimana Z-score WHO merupakan WHO growth standard tools yang digunakan untuk menilai pertumbuhan anak usia newborn, infant, and toodler. Sedangkan, growth chart CDC digunakan untuk menilai partisipan berusia 5-18 tahun. Food allergy impact scale (FAIS) merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi persepsi orang tua terhadap dampak alergi makanan pada delapan aspek kegiatan keluarga sehari-hari, dengan semakin tinggi skor menunjukkan dampak yang lebih besar. FAIS terdiri dari 32 item kuesioner yang terdiri dari 8 aspek kegiatan yaitu persiapan makan (6 item), aktivitas sosial keluarga (5 item), aktivitas sosial anak yang disupervisi pengasuh (2 item), hubungan keluarga (3 item), stres dan waktu luang pengasuh (3 item), aktivitas sekolah atau aktivitas lain yang terstruktur (6 item), aktivitas sosial anak secara mandiri (3 item), dan pekerjaan dan keuangan (3 item). FAIS versi Indonesia dinyatakan valid dan reliable berdasarkan study terdahulu.

Terdapat hubungan signifikan antara status gizi juga usia terhadap FAIS. Implikasi dari hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa aktivitas sehari-hari anak dengan alergi makanan dipengaruhi status nutrisi dan usia anak.

Penulis: Dr. Azwin Mengindra Putera, dr, SpA(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.102652

Harsari Yasmin Salsabila, Azwin Mengindra Putera, Ari Baskoro (2021). Correlation between nutritional status and children’s activity with food allergy: A cross-sectional study. Annals of Medicine and Surgery, 68, 102652

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp