4 Mahasiswa FIB Lolos IISMA, Wadek I: Niatnya Jangan Hanya Jalan-Jalan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ucapan selamat bagi mahasiswa FIB yang lolos program IISMA. (Dok. FIB UNAIR)

UNAIR NEWS – Sebanyak 51 mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil lolos mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program itupun diikiti oleh mahasiswa UNAIR dari berbagai fakultas, termasuk Fakultas Ilmu Budaya UNAIR. Ada sebanyak empat mahasiswa FIB yang lolos sebagai berikut,

Nama MahasiswaProgram StudiUniversitas Tujuan
Anansya Bilqies Silfa NursabillaBahasa dan Sastra InggrisYonsei University, Korea
Eko Dwi PrasetioBahasa dan Sastra InggrisNational University of Ireland, Ireland
Rania Fauzia DjausinBahasa dan Sastra InggrisUniversity of Leicester, UK
Angel Godness ManuelBahasa dan Sastra InggrisMichigan State University, USA
Daftar mahasiswa FIB yang lolos program IISMA

Pada acara pelepasan Jumat (20/08) lalu, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA berpesan, peserta IISMA memiliki kesempatan dan memanfaatkannya untuk mengembangkan pengetahuan dan skill.

Dalam mendukung mahasiswanya yang mengikuti program IISMA, FIB akan memberikan hak transfer kredit semester (SKS) dan bantuan pembiayaan, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan I FIB Dr. Listiyono Santoso, S.S., M.Hum.

“Selain diberikan hak atas transfer kredit dalam bentuk konversi mata kuliah yang diambil di program exchange, pembiayaan yang belum di-cover, terkait kebijakan ini bisa diajukan ke fakultas untuk mendapatkan bantuan pembiayaan,” ujar Listiyono pada Selasa (24/08).

Selain itu Listiyono mengatakan bahwa mahasiswa FIB yang lolos IISMA selain berhak atas konversi Satuan Kredit Semester (SKS) dan bantuan pembiayaan juga akan diberikan pendampingan.  Menurutnya, pendampingan itu selain untuk memantau perkembangan program juga untuk memberikan bantuan jika mahasiswa menemui kesulitan.

“Prinsipnya pendampingan akan mengarahkan mahasiswa agar memanfaatkan secara maksimal pengalaman belajar di tempat dia exchange, jangan hanya niatnya jalan-jalan,” pesannya.

Listiyono menambahkan, prodi dan fakultas akan melihat kegiatan mahasiswa yang mengikuti exchange serius dalam memanfaatkan kesempatan tersebut. Sehingga ada pengalaman yang diperoleh dapat dibagikan sebagai motivasi bagi mahasiswa.

“‘Selain mahasiswa yang sudah exchange memberikan testimoni pengalaman selama mengikuti kegiatan tersebut, kita akan melakukan penyebaran informasi secara maksimal,” papar Listiyono mengenai persiapan untuk mahasiswa FIB yang berminat untuk mengikuti IISMA dan program exchange lainnya.

“Seperti pemanduan mata kuliah yang hendak diambil, melakukan sosialisasi tata cara pendaftaran, simulasi wawancara dan sebagainya,” lanjutnya.

Angel Godness Manuel mahasiswa FIB yang lolos program IISMA ke Michigan State University tertarik mengikuti program karena ingin mengetahui kebudayaan di negara tujuan. Meskipun awalnya ia hendak memilih Korea Selatan sebagai tujuan, namun diurungkan dengan beberapa pertimbangan.

“Selain pesaingnya banyak, menurut saya kalau sebatas di Asia saja kurang greget, karena budayanya 11-12 alias lumayan mirip walaupun perbedaan juga tetep ada,” ungkap Angel.

“Akhirnya saya pilih Michigan karena lokasinya di Amerika dan perbedaan waktu dan budaya yang mencolok. Selain itu juga karena mata kuliah yang ditawarin menarik dan nggak terlalu menyimpang jauh dari jurusan saya sekarang ini,” lanjut mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris angkatan 2018.

Senada dengan Angel, Rania Fauzia juga memilih University of Leicester di United Kingdom dengan pertimbangan mata kuliah dan kebudayaan.

“Pilihan mata kuliah yang ditawarkan menarik, serta akreditas universitas yang masuk Top 250. Leicester juga dikenal sebagai kota yang ethnically and culturally diverse, yang memungkinkan saya bertemu orang-orang dengan latar belakang yang berbeda,” ujarnya.

Berbeda dengan kedua temannya, Eko Dwi memilih University of Ireland karena rasa penasaran dan ketertarikannya dengan minimnya pemberitaan mengenai Irlandia oleh media di Indonesia. Ketertarikan Eko didasari dengan salah satu penulis buku favoritnya, Sally Roney, yang merupakan warga negara Irlandia.

“Salah satu buku favorit saya, Normal People, sudah dijadikan serial televisi juga warga Irlandia. Selain itu, Irlandia juga salah satu negara yang tidak terlalu banyak diliput di media Indonesia dan saya menjadi semakin penasaran untuk mengunjunginya,” tutup mahasiswa angkatan 2018 Bahasa dan Sastra Inggris tersebut. (*)

Penulis : Tata Ferliana

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp